Jumat, 29 Juni 2018

Antara Cinta, Rindu, Candu, dan Sendu

Harusnya aku sudah terlelap malam ini, bermimpi indah tentang keindahan Pulau Dewata dengan semua keelokannya.
Iya, harusnya...

Tidak,
Bahkan aku enggan menutup mata. Bagaimana bisa, jika sampai detik ini masih saja sungging manis senyummu masih tergambar jelas di dalam pikiranku.

Apakah harus seperti ini rasanya? Adakah kadar rindu yang takarannya biasa saja bagi seorang tuna asmara sepertiku. Karena sejujurnya, ini berlebihan. Aku hanya ingin merindumu saja, sesederhana yang ada.

Tapi rupanya,
Begitulah rasanya, tak berwujud tak berbau tapi bisa dirasa. Bukan dengan indra pengecap, tapi relung hati. Ah, bahkan aku sebenarnya tak sudi membuat kata-kata hiperbolik tentang semua ini.

Benar saja,
Jadi tuna asmara itu menyedihkan. Sedih bila terpasung rindu dan malu. Hanya 3 kata saja...

Aku
Rindu
Kamu

Lantas di manakah bagian tersulitnya?
Kamu, sayangku...

Kita hanya dua pasang manusia yang sejatinya tak saling kenal, kemudian bercengkrama, dan aku menikmati semua nuansa
Ketakutan terbesarku cuma satu. Kita berawal dari tak saling tahu dan mungkin berakhir tak mau saling tahu...

Semoga ada jalan yang diberikan bagiku, agar 3 kata tadi bisa meluncur dengan ringannya dari bibirku. Tak masalah kau tak merindu, karena rindu masih menjadi urusanku. Semoga kelak setelah aku memenangkan rindu, aku bisa mengajakmu berurusan dengan sayang, hanya kita berdua...

Ya, aku merindumu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar