kata Bang Nopal, mereka ini orang Lokasi (Lokasi: sentra industri di Kec. Wringinanom, Kab. Gresik., red)
Di pagi buta awal Mei itu...
Ketika waktu menunjukkan pukul 3 pagi, maka kami harus berbenah. Hotel berbintang dan berbulan yang kita bangun, kita robohkan lagi. Kita berkemas, mempersiapkan tekad yang bisa menghangatkan badan ketika menembus dinginnya Wonokitri. Tujuan pertama kita berlima adalah sebuah tempat di puncak dinding pegunungan Tengger bernama Puncak Penanjakan. Deru kuda besi dan sorot lampu remang-remang menembus gelapnya pagi, raungan jeep juga memecah keheningan pagi itu. Kita menyusuri jalan dengan tenang, hanya ditemani remang sinar bulan purnama, Sikap hati-hati yang akan menjaga perjalanan kita...
Pukul 4 pagi kami berlima sudah berada di tempat pemberhentian di Puncak Penanjakan. Kita melanjutkan perjalanan dengan kaki kita, menjejak tanah Tengger yang basah karena hujan dan juga embun pagi. Pelan namun pasti, kita menyusuri jalanan yang memang menanjak. Sang surya masih belum mau bangun dari peraduannya, dan sekali lagi kopi menjadi teman kita pagi buta itu
Without me, karena saya sibuk makan bakso
Pukul 04.30, kami berlima memutuskan untuk naik ke Puncak Penanjakan. Di atas sana sudah penuh sesak manusia, dan kita termasuk di dalam keramaian tersebut. Namun berada di tengah mereka yang sedang menunggu sang surya bangun, membuat kita merasa hangat dan tidak tersiksa dengan dinginnya udara pagi di atas ketinggian 2.770 meter...
Karena mendung masih setia menemani ufuk timur, maka sang surya tidak bisa menunjukkan wajahnya yang rupawan. Sinar hangatnya terlambat menghangati ratusan manusia di atas Puncak Penanjakan. Aku sadar, harusnya El Nino sudah pergi karena Mei bukan merupakan waktu untuk hujan membasahi. Mei adalah waktu bagi sang surya untuk menghangati bumi. Pelan tersibak, lautan awan yang menutupi Bromo dan sebagian tubuh Batok yang menyembul di tengah lautan awan. Tampak kejauhan Mahameru menampakkan dirinya, seolah mengatakan ingin menikmati indahnya pagi...
Menjelang matahari terbit...
Sudah terbit...
Dan katakan Selamat Pagi, Indonesia!
Kita berlima juga tidak mau melewatkan pemandangan indah seperti ini. Kita sudah mengabadikan waktu yang sangat berharga ini, untuk diceritakan lepada anak cucu kelak bahwa Indonesia punya alam seindah ini...
Dia gak sadar sarung tangannya cuma satu..
Pose dulu...
Martha kegirangan liat Bromo...
Ada patung Jalasveva di Penanjakan
Bang Nopal in action...
Cheese...!
From Penanjakan with Love...
YAPers...
Para YAPer in action
Bang Ali "Bende" in action
Menuju ke lautan pasir Bromo, Tuhan masih menyuguhi pemandangan indah di sepanjang jalan yang menurun. Cantiknya ciptaan Tuhan itu memang tidak pernah bisa dilukiskan dengan ribuan kata. Cukup satu kata: cantik. Dan sekali lagi kita mengabadikan momen indah tersebut...
Entah Martha ngliatin apa
Bang Ali "Gulali"
Me...
Bang Nopal
Mantab...
Bang Nopal, berharap bisa melihat jodohnya di puncak Batok...
Saya juga sama kayak Bang Nopal
Martha liat artis Korea kali ya?
Selpie...
Tim YAPer
Orang Papua
Selepas itu kita sampai di lautan pasir Bromo. Hamparan pasir hitam dan savana menyambut kita, kabut menyelimuti kita. Kita berjalan pelan dan menikmati indahnya pasir Bromo, walaupun kuda besi kita sedikit tertatih-tatih menyusuri pasir Bromo. Kita berlima sampai di anak tangga Bromo, dan dengan sisa-sisa tenaga kita naik ke puncak Bromo. Hanya niat dan tekad yang membuat kita sampai di puncak Bromo
YAPers di puncak Bromo
YAPers in action
Bang Nopal in action
Bang Ali "Bende" in action
Bang Ali "Gulali": Merasa bebas?
Puas karena sudah turun dari puncak Bromo dengan lancar
Wajah kalian?
Pak Ngadimin
Pak Sudirman
Pak Sukirman dan Pak Sukija
Siang itu di awal Mei..
Sesampainya di lautan pasir setelah Bromo menyuruh kita turun dengan asap belerangnya, kita bergegas menuju perbukitan hijau di balik jajaran Bromo dan Batok. Mereka mengenalnya dengan nama Bukit Teletubbies. Jalanan pasir tidak menghambat perjalanan kita. Sepanjang jalan kita disuguhi pemandangan indah dari balik Bromo serta pegunungan yang mengelilingi kaldera Bromo. Sungguh hijau dan menentramkan mata dan jiwa. Paru-paruku sangat bersahabat dengan udara sejuk di sana. Kita memutuskan untuk singgah sejenak dan beristirahat di dalam hotel berbintang dan berbulan yang selalu kita bawa
Bukit Teletubbies hijau..
Me and Bang Ali Gulali"
Bang Ali "Bende" before accident
Perbukitan yang mengelilingi Bromo...
Si cantik Martha bawain kopi buat kita
Secangkir kopi hangat dari Bukit Teletubbies...
Bang Nopal lagi ngopi...
Aku juga ngopi...
Harusnya setelah bersantai menikmati keindahan Bukit Teletubbies kita sedianya menuju ke Air Terjun Madakaripura. Namun dalam perjalanan El Nino menyapa kita dengan hujannya yang lebat. Akhirnya kita hanya bisa beristirahat menunggu guyuran hujan El Nino hingga sedikit reda dan melanjutkan perjalanan pulang ke rumah...
Akhir kata, hanya tekad dan keyakinan yang mampu membuat kita meikmati suguhan Tuhan yang Maha Cantik ini... Semoga Tuhan tetap memberi kesempatan untuk mengunjungi surga-surga duniaNya di Indonesia tercinta ini...
--- From Bromo With Love ---
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar