Jumat, 21 Agustus 2015

MUSIK DAN REPRESENTASI PERASAAN

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menyatakan sebuah perasaan cinta khususnya. Salah satunya adalah menggunakan musik sebagai media perantaranya. Ya, musik memang menjadi suatu hal yang bisa merepresentasikan apa yang sedang kita rasakan. Percaya atau tidak, manusia juga tidak akan pernah bisa hidup tanpa mendengarkan musik. Mereka akan merasa hidup mereka tidak lengkap seutuhnya.

Sebagai seorang yang sangat menyukai musik dan bisa bermain musik tentunya ane juga mengikuti tren menggunakan media musik sebagai representasi perasaan hahaha
Kenapa? Itu adalah pertanyaan yang sedikit berat, mengingat ane adalah orang dengan kemampuan retorika yang sedikit memalukan. Iya, kemampuan verbal ane di bawah rata-rata. Jadi ane lebih seneng nulis apa yang sedang ane rasakan ketimbang harus ngomong langsung. Mungkin itu juga yang bikin ane akhirnya tak laku-laku karena tidak pernah berani berbicara perasaan secara terang-terangan kepada perempuan idaman :D

Well, ane akan jelaskan beberapa alasan kenapa musik menjadi sarana yang pas untuk merepresentasikan perasaan kita, khususnya cinta
1. Nada yang indah
Nada merupakan bagian yang penting dari sebuah komposisi lagu. Iya, bayangkan saja kalau sebuah lagu tanpa nada, bagaimana jadinya? Bakalan datar-datar saja. Karena nada itu penggerak emosi dalam sebuah lagu maka pencipta lagu juga bekerja keras mencari nada yang pas untuk karyanya. Nah kita akan menghubungkan nada dengan perasaan kita, terutama pada saat jatuh cinta. Sejujurnya sih ya, indah atau tidaknya nada dari sebuah lagu itu tergantung perasaan kita. Ini adalah hal yang sangat subjektif dan empirik, karena akan menyangkut mengenai pengalaman setiap orang dan pasti semua orang memiliki pengalaman yang berbeda. Interpretasi dan pembawaan perasaan kita terhadap nada sebuah lagu juga akan menentukan bobot "indah atau tidak"nya suatu nada lagu.
Namun ketika kita merasakan jatuh cinta yang begitu mendalam, kita akan dengan mudahnya mengatakan lagu si A indah, lagu si B enak, padahal belum tentu pada saat dia tidak sedang dalam keadaan jatuh cinta dia akan berkata hal yang sama. Karena merasa indah akhirnya dia memilih lagu tersebut entah yang mana sebagai theme song pada saat jatuh cinta dan akan ditunjukkan kepada si doi ketika mereka sudah jadian.

Cowok: Sayang, tau nggak kalo lagu ini dulu ngena banget di hatiku?
Cewek: Kenapa sayang?
Cowok: Karena nada-nadanya pas banget dengan perasaan aku ke kamu
Cewek: Ya ampun so sweet banget

Tapi itu hanya terjadi di dunia sinetron dan FTV plus di blog ini, karena kejadian kayak gitu itu mustahil hahahaha

2. Kata-kata yang indah dan puitis
Hal yang bisa membuat lagu semakin keren adalah kata-kata yang indah. Ane sih nggak seberapa paham ya mengenai arti dari sebuah lirik lagu, karena jujur ane sudah kurang menikmati indahnya sebuah lagu. (Pekerjaan sebagai sound engineer membuat telinga ane berubah dari penikmat menjadi pengamat).
Sebagai contoh, ane nukilkan sebait lirik lagu band metal asal US yang punya nama Kamelot di lagu yang berjudul Edenencho. Menurut ane, kata-katanya sangat dalem banget.
"how,how come I want you, like the soil yearns for the rain"
"won't you light up? won't you light up my life?"
"let my soul breath, tell me wrong tell me right"
"you're my mind cage, like a mountain far away"
"you were always there, dressed in summer white"

Interpretasi setiap orang memang beda, tapi bila dibawa ke konteks jatuh cinta, rasanya sangat puitis banget. Roy Khan sebagai vokalis bisa banget dalam merepresentasikan pujaan hatinya sebagai pemandangan pegunungan di musim panas yang cerah! Itu indah banget man, suwerr! Dia melukiskan rindunya seperti tanah yang merindukan hujan! Apa nggak keren itu????
Memang daripada bersusah payah menyusun kata-kata puisi, lebih baik kita menggunakan lagu sebagai media dalam menyatakan cinta hahahaha. Bukan tidak kreatif, mungkin saja mereka yang melakukan ingin menemukan momen termanis dan menjadi cerita mereka di saat sudah jadian nanti. Termasuk ane salah satu pelakunya hahaha. Dengan entengnya ane ngirim voice note reff lagu Maliq D'Essential yang judulnya Pilihanku ke gebetan ane dan hasilnya? Voilaaaaaaa, rejected! hahahaha tapi ane masih berusaha ngedapetin hatinya sampe sekarang.

Nah dua hal di atas merupakan hal yang umum yang dilakukan para ABG tahun 2000-an, mungkin ada hal lainnya bisa lah corat coret di bawah. Tapi memang musik merupakan representasi perasaan kita. Para penulis lagu yang hebat bisa mengambil inspirasi untuk menyusun nada dan kata berdasarkan pengalaman mereka sendiri, orang lain, lingkungan, situasi di mana dia berada, dan masih banyak lagi. Mereka berkonsentrasi penuh bagaimana menyusun nada dan kata agar terdengar sesuai dan sempurna. Ditambah polesan instrumen musik sana-sini jadilah sebugah mahakarya yang nantinya bakalan digunain dalam ajang menyatakan cinta hahaha.

Oh iya autor sendiri gimana ceritanya?
Ya, ane akuin ane lebih seneng menyatakan perasaan lewat lagu atau musik ketimbang harus langsung terus terang bilang aku suka kamu, aku cinta kamu, aku kangen kamu, bla bla bla. Udah ane jelasin di atas, kemampuan verbal ane sangat mengecewakan, apalagi di depan doi yang ditaksir! Bisa dipastikan keringat ini bakal bercucuran dan bau parfum ane bakalan hilang hahaha
Ane juga bikin lagu, yaaaa iseng-iseng aja sih. Karena ane ini hidup dan bekerja di lingkungan musik, ane akhirnya terbawa lingkungan dan membentuk ane sebagai orang yang sangat menyukai musik. Bagi ane, musik itu bukan hanya sekedar nada dan kata, musik itu juga setetes perasaan kita yang ikut terbawa bersama kata dan nada.

Tetapi apapun jenis musik yang kalian suka, ingatlah musik hanya sarana saja bukan sebagai hal yang harus diseriusi. Kecuali kalian bernyali membuat musik dan lagu sendiri untuk persembahan kepada doi, itu lain lagi

Sudah dulu lah, ane cukupkan sampai di sini. Nikmati dan syukuri apa yang uda kalian punya, dan jangan lupa selalu tersenyum dan menjalani hidup dengan ikhlas dan bahagia
Chaaaaoooo.. sampai jumpa lagi, Fellas! :)

Senin, 17 Agustus 2015

THE WAY I CAN FALL IN LOVE (SO MUCH) WITH YOU



Selasa, 18 Agustus 2015…
Pagi itu, aku masih bermalas-malasan karena didera rasa lelah karena baru pulang dari liburan ke Gili Labak, Sumenep. Perjalanan yang memorable banget, karena rasanya ga nyangka bakalan bisa ke sana. Seisi rumah sudah pergi beraktivitas, hanya aku dan adik perempuanku yang masih memasak sarapan untukku. Seusai sarapan, aku mandi saja dan membuat draft buat blogku tentang perjalanan ke Gili Labak kemarin. Sengaja aku meliburkan diri dari semua aktivitas dan pekerjaan karena aku benar-benar lelah. Waktu menunjukkan jam 10.00 pagi, draft blog sudah selesai dan kuota internet di hape sudah habis. Aku ambil hapeku yang satunya, menancapkan headset dan memutar sebuah lagu lawas milik The Corrs yang berjudul Summer Sunshine. Entah kenapa, mendadak pandanganku kosong, menerawang jauh melebihi ingatanku. Hanya ada sosok wanita berkerudung yang berkelebat di bayanganku. Bukan karena perasaanku bertepuk sebelah tangan karena sudah ditolak, bukan pula aku sakit hati. Aku baik-baik saja, tapi aneh karena dia masih betah berdiam di pikiranku. Sedikit membuatku susah tidur. Dan, ada alasan kenapa aku lebih memilih banyak diam ketika bersamanya, ada alasan aku hampir selalu terbangun tengah malam, ada alasan semua perasaan ini masih berkecamuk dan bercampur, ada alasan pula mengapa aku lebih memilih tidur lebih awal ketika di Gili Labak kemarin. THERE’S A REASON WHY I CAN FALL IN LOVE (SO MUCH) WITH YOU…

Minggu, 14 Juni 2015. Teman-temanku sedang pergi mendaki di Gunung Arjuno. Biasanya hari libur diisi dengan kumpul bersama mereka dan bercanda, sharing hal-hal kecil, merencanakan trip, atau hanya sekedar menikmati secangkir kopi dan bercanda menikmati pagi. Namun cuaca yang cerah itu terasa sepi. Sedangkan aku hanya terdiam saja di rumah. Janji dengan temanku pun gagal karena dia tak kunjung datang. Sejenak bingung, aku memutuskan untuk bertemu dengan seorang kenalanku yang aku kenal dari Facebook. Dia cantik, parasnya cukup elok. Hanya pria yang sudah sakit bila tidak menyadari kecantikannya. Dia bekerja di sebuah toko waralaba swalayan di daerah Jombang. Langsung saja aku bergegas dan mencari toko tempatnya bekerja. Ketemu!

Kita bertemu untuk pertama kalinya, mengobrol untuk pertama kalinya, saling bertatap mata untuk pertama kalinya. Singkat cerita, kita semakin akrab dan aku semakin intens berhubungan dengan dia entah melalui BBM maupun lewat Instagram. Menjelang bulan puasa, aku semakin dekat, dan teman-teman gengku berencana untuk membuat acara buka bersama yang diadakan di penghujung bulan Juli. Aku ajak saja dia untuk ikut buka bersama dan dia mau. Untuk pertama kalinya aku merasakan suka sama seorang perempuan setelah sekian lama aku “berpuasa” tidak berkenalan ataupun mencoba suka dengan perempuan manapun.

Lama tak meraskan cinta, akhirnya aku pun jatuh cinta dengan temanku itu. Rasanya seperti cinta anak SMP, yang sering ga bisa tidur, yang sering berharap-harap cemas menunggu balasan sms dari doi. Lucu, itu yang aku pikirkan. Konyol saja akhirnya aku bisa merasakan jatuh cinta. Walaupun akhirnya aku sadar, terkadang cinta itu terkadang memang tak bisa memiliki. Mungkin terlalu “lebay”, tapi aku memang tak bisa bersama dengan temanku itu. Dia lebih memilih pria lain nun jauh di sana. Sedikit kecewa dan patah hati, padahal aku ga pernah menyatakan perasaanku. Dan lagi-lagi bulan puasa tahun ini harus dilalui dengan kesendirian. Aku isi saja bulan puasa ini dengan bekerja sebagai sound engineer seperti yang sudah-sudah, menyelesaikan beberapa proyek rekaman yang sedikit terbengkalai juga karena kesibukanku. Terkadang bila tak ada pekerjaan di studio, aku menghabiskan soreku untuk berburu senja bersama teman-teman. Di situ lah aku pertama kali bertemu denganmu. Belum ada getar apapun waktu itu, aku hanya sebatas tahu namamu dan kamu adalah teman dari temanku.

Sabtu, 11 Juli 2015, ketika aku masih hobi untuk pendekatan dengan temanku itu, kamu hadir untuk pertama kalinya. Aku hanya tau kamu sebatas namamu dan rumahmu. Kamu ikut teman-temanku waktu camping di Ranu Kumbolo sedangkan di saat yang bersamaan aku camping di Bromo, jauh sebelum kita bertemu. Di saat aku sudah tak memiliki harapan untuk menjalin hubungan dengan temanku itu, kamu hadir dengan gayamu yang kolokan di BBM. Aku cukup terhibur dan perlahan-lahan aku mulai merasa nyaman denganmu.

That’s the first reason why I can fall in love (so much) with you. Seperti penyembuh ketika hatiku terluka. Lebay? Ya, aku memang benci dengan orang-orang lebay, tapi aku sendiri tak munafik kalo dalam hal perasaan aku  juga merasa lebay. Tapi memang seperti itu, aku bisa-bisanya suka dengan perempuan yang kolokan, yang spartan bila bercanda. Beberapa kali kita bertemu, aku selalu mengamati kamu. Dari sudut pandang mata yang hanya aku bisa rasakan sendiri, aku bisa menatapmu. Aku selalu bisa melihat senyummu. Bukan aku menjadikan perasaan ini sebagai pelarian sesaat atau hanya sekedar pondokan untuk singgah mencapai sebuah puncak, aku tak pernah menganggapmu pengganti. Kamu adalah kamu yang seutuhnya, aku memandangmu dari atas hingga bawah, tak pernah bisa percaya hingga aku menulis ini kalau aku bisa menyayangimu.

The second is, kamu adalah sosok yang humble. Perempuan humble, ramah, dan baik, serta murah senyum pasti akan membuat banyak orang suka. Dan aku adalah orang yang sangat suka dengan semua sikapmu, sosok yang lemah lembut, suaramu yang halus, tapi konyol di BBM. Bagiku kamu adalah dua mata uang yang berbeda sisi. Aku menikmatinya sebagai bentuk kecantikanmu yang mungkin tak akan pernah sama dengan yang lain.

And for the last, karena kamu adalah kamu. Tak perlu lagi ada alasan kenapa aku bisa menaruh hati padamu. Bila dua alasan di atas menjelaskan sedikit penyebab aku bisa suka kamu, untuk hati aku ga perlu satu alasan pun untuk menaruh hati padamu. Aku sayang padamu tanpa alasan, yang jelas aku sayang sama kamu dan bisa merasakan kamu adalah orang yang baik.

Dan setelah perjalanan kemarin, itu semakin membuat aku yakin kalau perasaan untukmu bukanlah perasaan yang sesaat, setelah bertepuk sebelah tangan akan pudar. Tidak, sama sekali tidak. Aku tetap menikmati saat-saat bersamamu meskipun tidak pernah ada kesempatan untuk berdua. Aku buang semua hasrat dan keinginan yang kadang terlintas di pikiranku, demi melihat sebentuk senyummu. Melihatmu saja aku sudah (sangat) senang, apalagi bisa berdua denganmu. Kamu ingat, ketika di bus kamu memakai sebelah headsetku? Lagu yang aku putar adalah perwakilan dari semua perasaanku, apa yang selama ini aku rasakan ke kamu. Entah kamu tertidur aku ga peduli, bagiku sudah sedikit lega. Bukan aku tak berani bicara langsung, aku tau semua ini biasa saja untukmu. Aku hanya belum siap jika harus mendengar jawaban “tidak” terucap dari bibirmu. Biarlah aku diam, kamu dengan siapa saja. Aku belum butuh jawaban “ya” atau “tidak” sementara aku masih belajar menata hati lagi. Tapi satu, kalau kamu bisa merasakan pandanganku, semua yang sudah ada sejak pertama aku menaruh hati padamu masih terjaga hingga kini. Ya, sampai kamu memastikan benar-benar siap memutuskan dengan siapa kamu akan menjalani sisa waktumu, aku akan tetap mencintaimu dalam diam dan pandanganku. Tak ada yang tahu, apakah aku akan tetap menjaga perasaan ini atau ada kesempatan mengutarakannya kepadamu. My Heart to You, Darl…

Akhirnya mungkin aku akan menjalani hari-hariku seperti biasa. Sembari berusaha dari sini meyakinkan aku pantas untukmu. Tak ada yang sempurna, semoga bila Tuhan mengijinkan kamu denganku, semuanya akan terasa sempurna. And that’s why I love you :)

GILI LABAK, PESONA TERSEMBUNYI BUMI SUMEKAR



Welcome to Hidden Paradise, Gili Labak

 
Gili Labak? Ya, sepintas orang akan berpikir, yang namanya “gili” pasti berkata itu adalah wilayah Nusa Tenggara Barat. Ga perlu jauh-jauh ke Nusa Tenggara, di Jawa Timur –tempat lahir dan tempat di mana saya dibesarkan- juga ada banyak gili, tersebar di sebelah timur Sumenep. Di antara banyak gili yang ada di Sumenep, mungkin Gili Labak ini yang paling ngehits di kalangan pelancong. Pantai pasir putihnya yang cantik, pesona bawah laut yang cakep, serta keadaan pulau yang masih sepi menjadi racun pikiran kita untuk menyiapkan perjalanan ke sana.

Well, kita memilih hari libur panjang di suasana kemerdekaan ini karena cuma saat itu saja banyak dari kita libur panjang dari pekerjaan ataupun kegiatan kampusnya. Menyusun rencana perjalanan ke pulau yang sedikit “antah berantah” itu pun juga sedikit susah. Berawal dari 15 orang yang menyatakan sanggup untuk berpetualang, mendekati hari H, beberapa ada yang mengundurkan diri. Aku dan teman-teman juga kebingungan, terus terang saja rupiah kita ga seberapa tebel jadi kita ke sana ke mari mencari pengganti. But finally, kita akhirnya berangkat juga dengan 13 orang peserta.

Setelah melakukan persiapan untuk perbekalan dan tenda, kita berangkat hari Sabtu (15 Agustus 2015) siang ke Terminal Purabaya untuk menuju Sumenep dengan bus tujuan Surabaya-Kalianget. Kita sampai di Kalianget sekitar pukul 8 malam, dan sedikit bersantai setelah pantat kita sedikit panas dingin merasakan 6 jam perjalanan dari Purabaya sampai Pelabuhan Kalianget. Dan terus terang, aku kelaparan! Kalo perut ini tidak segera diisi, bisa dipastikan badan bakalan meriang masuk angin dihajar angin laut yang cukup kenceng malam itu. Segera saja bersama Bolod, Tewe, dan Dila, kami mencari warung makan. Apa saja yang penting makan! Sementara kita makan, yang lain ada yang mencari kopi, makanan ringan, nyari toilet, dan lainnya.

Sejenak rehat, kita menuju Pulau Poteran untuk menginap di rumah Pak Sahari yang akan menyewakan kapalnya untuk mengantar kita ke Gili Labak. Cuma 5 menit menyebrang dari Pelabuhan Kalianget dan jalan kaki sedikit akhirnya kita sampai di rumah empunya perahu. Malam itu dihabiskan dengan tidur, nyolokin charger hp, dan ngobrol sama Pak Sahari and the gang. Pak Sahari menjelaskan tentang perjalanan esok pagi yang akan kita tempuh. Sementara aku sendiri, mencoba nyari info buat ngetrip ke Kangean. Itu rencana panjang, entah kapan bakalan keturutan. Jujur, aku sendiri sempet heran, Pak Sahari mau-maunya nampung 13 orang yang sedikit ga jelas ini buat nginep di rumahnya, bikinin teh anget (yang katanya kelewat manis), sampai mau dititipin belanjaan buat bekal teman-teman di sana. MADURA WAS NOT ONLY ABOUT BEBEK SINJAY, JURAGAN ROMBENG, BUT THERE’RE MANY KINDNESS HERE!

Erwin

Waktu nyebrang ke Talango, nginep di rumahnya Pak Sahari


Esok sudah menyapa, dan kita bangun jam 4 pagi karena jam 5 kita sudah harus berangkat. Kalo agak siang bisa-bisa kita berhadapan dengan gelombang laut yang cukup tinggi. Jangankan siang, kita berangkat sepagi itu aja uda ketemu gelombang laut yang sukses membuat beberapa manusia ini mabok laut. Perjalanan terasa sangat lama, karena kita diombang ambing sama gelombang laut. Pelan tapi pasti, sebuah pulau mungil terlihat dari kejauhan. Yup, that was Gili Labak! Setelah menempuh 2,5 jam perjalanan sampailah kita di Gili Labak. Di sana sudah ada beberapa grup pelancong yang sudah terlebih dahulu main air laut dan snorkeling. Cuman saying, pantainya uda agak sedikit kotor sama sampah-sampah. Ga banyak memang, tapi cukup miris aja. Ga tau deh 10 tahun ke depan apakah Gili Labak masih bersih atau makin banyak sampahnya. Tuhan, tolong jauhakan Gili Labak dari siksaan manusia-manusia Indonesia yang ga tau kebersihan.

Dermaga Talango di pagi hari

Gili Labak? Gili Lawak?

Mas Koko


Well, kita akhirnya mendirikan 4 buah tenda dan mengibarkan bendera merah putih raksasa (yang katanya salah seorang pelancong keliatan dari jauh) dan memberi pagar teritori wilayah kekuasaan kita hahaha. Sementara yang lain memasak sarapan, kita sibuk menata barang-barang bawaan yang cukup banyak. Dan sarapan pun matang, kita lahap dengan ganas karena kita ga sarapan sejak berangkat dari Pulau Poteran. Setelah beres sarapan, agenda selanjutnya adalah berenang di laut, snorkeling, dan foto-foto hahaha.

Rumah kita sendiri

Tomi lagi pasang pasak

Penduduk RT 72

Yoook carriernya dipilih dipilih

Para chef berkumpul

Sarapan? Pecel!!!

Me! the author of this blog :)

Tomi Ali Erwin

Mas Bolod dan Mbak Tewe

Mbak Tewe

Erwin

Titot (shit! posenya)

Mas Koko

Bli Bendon

Kepala Desa Pak Benu

Ali Gulali, partner in crime yang habis kena mabok laut





Sampai sore kita dimanjakan dengan pemandangan laut yang eksotis. Tak peduli panas, kita tetap menikmati perjalanan ini. Senja menyapa dan pemandangan sunsetnya itu loh! Gila, sumpah keren, dan mendadak pulau terasa sunyi karena sudah banyak yang bertolak ke Kalianget. Masih ada yang snorkeling dan berburu foto bawah air. Beberapa grup stay di pondokan-pondokan kecil dekat toko-toko penduduk setempat. Dan tempat kami camping menjadi terasa sunyi karena sedikit jauh dari pemukiman penduduk. Malam menyapa dan waktunya membakar ikan hasil membeli dari pemancing setempat. Sesudah makan malam, dilanjutkan dengan menikmati awan galaksi Bimasakti yang menghias langit malam itu dan begadang di depan api unggun. Bulan sabit pun tak kalah cantiknya, serupa senyuman Mama :) Aku memilih tidur lebih awal, karena suatu hal yang ga bisa dijelaskan hahaha.

snorkeling di sore hari

pohon yang ngehits banget di Gili Labak

Sunset di Tanah Anarki

persiapan bakar-bakar ikan

fire fire fire!!

Mbak Tewe

Mas Bolod dan Mbak Tewe

Kaka Dila :)

Mas Bolod

Titot dan Kaka Dila

apa-apa'an ini?

ngopi..ngopi

the real sunset!

my leg guide me to you :D


Pagi hari, 17 Agustus 2015, sudah tiba. Kegiatan di pagi hari itu ya ngopi sama masak sarapan terakhir. Ada juga yang snorkeling lagi sambil berfoto di bawah air karena air lautnya pasang. Setelah puas melahap sarapan dengan brutal dan berfoto-foto ria, perahu Pak Sahari pun sudah menunggu untuk menjemput kami pulang. Dan akhirnya kita pulang lagi, menemui keramaian lagi, menemui peradaban lagi, dan… dan… dan… Sudahlah, terlalu banyak “dan” yang diucapkan, pokoknya cakep pake banget! Ga rugi sama sekali perjalanan jauh, rupiah terkuras, karena apa yang kami dapat lebih dari semua itu. Semoga Gili Labak tetap akan selalu asri, dan terima kasih sudah memberi kenangan yang sangat indah buat kami, aku, dan… Dan apa lagi ya? Dan aku seneng kamu bisa ikutan loh hahahaha… Sudah Sudah, sekian postingan kali ini, next trip adalah Pantai Tiga Warna episode 2 tanggal 23-24 Agustus 2015. Sampai jumpa lagi, kawan! :)