Selasa, 18 Agustus 2015…
Pagi itu, aku masih bermalas-malasan karena didera rasa
lelah karena baru pulang dari liburan ke Gili Labak, Sumenep. Perjalanan yang
memorable banget, karena rasanya ga nyangka bakalan bisa ke sana. Seisi rumah
sudah pergi beraktivitas, hanya aku dan adik perempuanku yang masih memasak
sarapan untukku. Seusai sarapan, aku mandi saja dan membuat draft buat blogku
tentang perjalanan ke Gili Labak kemarin. Sengaja aku meliburkan diri dari
semua aktivitas dan pekerjaan karena aku benar-benar lelah. Waktu menunjukkan
jam 10.00 pagi, draft blog sudah selesai dan kuota internet di hape sudah
habis. Aku ambil hapeku yang satunya, menancapkan headset dan memutar sebuah
lagu lawas milik The Corrs yang berjudul Summer Sunshine. Entah kenapa,
mendadak pandanganku kosong, menerawang jauh melebihi ingatanku. Hanya ada
sosok wanita berkerudung yang berkelebat di bayanganku. Bukan karena perasaanku
bertepuk sebelah tangan karena sudah ditolak, bukan pula aku sakit hati. Aku
baik-baik saja, tapi aneh karena dia masih betah berdiam di pikiranku. Sedikit
membuatku susah tidur. Dan, ada alasan kenapa aku lebih memilih banyak diam
ketika bersamanya, ada alasan aku hampir selalu terbangun tengah malam, ada alasan
semua perasaan ini masih berkecamuk dan bercampur, ada alasan pula mengapa aku
lebih memilih tidur lebih awal ketika di Gili Labak kemarin. THERE’S A REASON
WHY I CAN FALL IN LOVE (SO MUCH) WITH YOU…
Minggu, 14 Juni 2015. Teman-temanku sedang pergi mendaki
di Gunung Arjuno. Biasanya hari libur diisi dengan kumpul bersama mereka dan
bercanda, sharing hal-hal kecil, merencanakan trip, atau hanya sekedar
menikmati secangkir kopi dan bercanda menikmati pagi. Namun cuaca yang cerah
itu terasa sepi. Sedangkan aku hanya terdiam saja di rumah. Janji dengan
temanku pun gagal karena dia tak kunjung datang. Sejenak bingung, aku
memutuskan untuk bertemu dengan seorang kenalanku yang aku kenal dari Facebook.
Dia cantik, parasnya cukup elok. Hanya pria yang sudah sakit bila tidak
menyadari kecantikannya. Dia bekerja di sebuah toko waralaba swalayan di daerah
Jombang. Langsung saja aku bergegas dan mencari toko tempatnya bekerja. Ketemu!
Kita bertemu untuk pertama kalinya, mengobrol untuk
pertama kalinya, saling bertatap mata untuk pertama kalinya. Singkat cerita,
kita semakin akrab dan aku semakin intens berhubungan dengan dia entah melalui
BBM maupun lewat Instagram. Menjelang bulan puasa, aku semakin dekat, dan
teman-teman gengku berencana untuk membuat acara buka bersama yang diadakan di
penghujung bulan Juli. Aku ajak saja dia untuk ikut buka bersama dan dia mau.
Untuk pertama kalinya aku merasakan suka sama seorang perempuan setelah sekian
lama aku “berpuasa” tidak berkenalan ataupun mencoba suka dengan perempuan manapun.
Lama tak meraskan cinta, akhirnya aku pun jatuh cinta
dengan temanku itu. Rasanya seperti cinta anak SMP, yang sering ga bisa tidur,
yang sering berharap-harap cemas menunggu balasan sms dari doi. Lucu, itu yang
aku pikirkan. Konyol saja akhirnya aku bisa merasakan jatuh cinta. Walaupun
akhirnya aku sadar, terkadang cinta itu terkadang memang tak bisa memiliki.
Mungkin terlalu “lebay”, tapi aku memang tak bisa bersama dengan temanku itu.
Dia lebih memilih pria lain nun jauh di sana. Sedikit kecewa dan patah hati,
padahal aku ga pernah menyatakan perasaanku. Dan lagi-lagi bulan puasa tahun
ini harus dilalui dengan kesendirian. Aku isi saja bulan puasa ini dengan
bekerja sebagai sound engineer seperti yang sudah-sudah, menyelesaikan beberapa
proyek rekaman yang sedikit terbengkalai juga karena kesibukanku. Terkadang
bila tak ada pekerjaan di studio, aku menghabiskan soreku untuk berburu senja
bersama teman-teman. Di situ lah aku pertama kali bertemu denganmu. Belum ada
getar apapun waktu itu, aku hanya sebatas tahu namamu dan kamu adalah teman
dari temanku.
Sabtu, 11 Juli 2015, ketika aku masih hobi untuk
pendekatan dengan temanku itu, kamu hadir untuk pertama kalinya. Aku hanya tau
kamu sebatas namamu dan rumahmu. Kamu ikut teman-temanku waktu camping di Ranu
Kumbolo sedangkan di saat yang bersamaan aku camping di Bromo, jauh sebelum
kita bertemu. Di saat aku sudah tak memiliki harapan untuk menjalin hubungan
dengan temanku itu, kamu hadir dengan gayamu yang kolokan di BBM. Aku cukup
terhibur dan perlahan-lahan aku mulai merasa nyaman denganmu.
That’s the first reason why I can fall in love (so much)
with you. Seperti penyembuh ketika hatiku terluka. Lebay? Ya, aku memang benci
dengan orang-orang lebay, tapi aku sendiri tak munafik kalo dalam hal perasaan
aku juga merasa lebay. Tapi memang
seperti itu, aku bisa-bisanya suka dengan perempuan yang kolokan, yang spartan
bila bercanda. Beberapa kali kita bertemu, aku selalu mengamati kamu. Dari
sudut pandang mata yang hanya aku bisa rasakan sendiri, aku bisa menatapmu. Aku
selalu bisa melihat senyummu. Bukan aku menjadikan perasaan ini sebagai
pelarian sesaat atau hanya sekedar pondokan untuk singgah mencapai sebuah
puncak, aku tak pernah menganggapmu pengganti. Kamu adalah kamu yang seutuhnya,
aku memandangmu dari atas hingga bawah, tak pernah bisa percaya hingga aku
menulis ini kalau aku bisa menyayangimu.
The second is, kamu adalah sosok yang humble. Perempuan
humble, ramah, dan baik, serta murah senyum pasti akan membuat banyak orang
suka. Dan aku adalah orang yang sangat suka dengan semua sikapmu, sosok yang
lemah lembut, suaramu yang halus, tapi konyol di BBM. Bagiku kamu adalah dua
mata uang yang berbeda sisi. Aku menikmatinya sebagai bentuk kecantikanmu yang
mungkin tak akan pernah sama dengan yang lain.
And for the last, karena kamu adalah kamu. Tak perlu
lagi ada alasan kenapa aku bisa menaruh hati padamu. Bila dua alasan di atas
menjelaskan sedikit penyebab aku bisa suka kamu, untuk hati aku ga perlu satu
alasan pun untuk menaruh hati padamu. Aku sayang padamu tanpa alasan, yang jelas aku sayang sama kamu dan bisa merasakan
kamu adalah orang yang baik.
Dan setelah perjalanan kemarin,
itu semakin membuat aku yakin kalau perasaan untukmu bukanlah perasaan yang
sesaat, setelah bertepuk sebelah tangan akan pudar. Tidak, sama sekali tidak.
Aku tetap menikmati saat-saat bersamamu meskipun tidak pernah ada kesempatan
untuk berdua. Aku buang semua hasrat dan keinginan yang kadang terlintas di
pikiranku, demi melihat sebentuk senyummu. Melihatmu saja aku sudah (sangat)
senang, apalagi bisa berdua denganmu. Kamu ingat, ketika di bus kamu memakai
sebelah headsetku? Lagu yang aku putar adalah perwakilan dari semua perasaanku,
apa yang selama ini aku rasakan ke kamu. Entah kamu tertidur aku ga peduli,
bagiku sudah sedikit lega. Bukan aku tak berani bicara langsung, aku tau semua
ini biasa saja untukmu. Aku hanya belum siap jika harus mendengar jawaban
“tidak” terucap dari bibirmu. Biarlah aku diam, kamu dengan siapa saja. Aku
belum butuh jawaban “ya” atau “tidak” sementara aku masih belajar menata hati
lagi. Tapi satu, kalau kamu bisa merasakan pandanganku, semua yang sudah ada
sejak pertama aku menaruh hati padamu masih terjaga hingga kini. Ya, sampai
kamu memastikan benar-benar siap memutuskan dengan siapa kamu akan menjalani
sisa waktumu, aku akan tetap mencintaimu dalam diam dan pandanganku. Tak ada
yang tahu, apakah aku akan tetap menjaga perasaan ini atau ada kesempatan
mengutarakannya kepadamu. My Heart to You, Darl…
Akhirnya mungkin aku akan
menjalani hari-hariku seperti biasa. Sembari berusaha dari sini meyakinkan aku
pantas untukmu. Tak ada yang sempurna, semoga bila Tuhan mengijinkan kamu
denganku, semuanya akan terasa sempurna. And that’s why I love you :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar