Senin, 17 Agustus 2015

THE WAY I CAN FALL IN LOVE (SO MUCH) WITH YOU



Selasa, 18 Agustus 2015…
Pagi itu, aku masih bermalas-malasan karena didera rasa lelah karena baru pulang dari liburan ke Gili Labak, Sumenep. Perjalanan yang memorable banget, karena rasanya ga nyangka bakalan bisa ke sana. Seisi rumah sudah pergi beraktivitas, hanya aku dan adik perempuanku yang masih memasak sarapan untukku. Seusai sarapan, aku mandi saja dan membuat draft buat blogku tentang perjalanan ke Gili Labak kemarin. Sengaja aku meliburkan diri dari semua aktivitas dan pekerjaan karena aku benar-benar lelah. Waktu menunjukkan jam 10.00 pagi, draft blog sudah selesai dan kuota internet di hape sudah habis. Aku ambil hapeku yang satunya, menancapkan headset dan memutar sebuah lagu lawas milik The Corrs yang berjudul Summer Sunshine. Entah kenapa, mendadak pandanganku kosong, menerawang jauh melebihi ingatanku. Hanya ada sosok wanita berkerudung yang berkelebat di bayanganku. Bukan karena perasaanku bertepuk sebelah tangan karena sudah ditolak, bukan pula aku sakit hati. Aku baik-baik saja, tapi aneh karena dia masih betah berdiam di pikiranku. Sedikit membuatku susah tidur. Dan, ada alasan kenapa aku lebih memilih banyak diam ketika bersamanya, ada alasan aku hampir selalu terbangun tengah malam, ada alasan semua perasaan ini masih berkecamuk dan bercampur, ada alasan pula mengapa aku lebih memilih tidur lebih awal ketika di Gili Labak kemarin. THERE’S A REASON WHY I CAN FALL IN LOVE (SO MUCH) WITH YOU…

Minggu, 14 Juni 2015. Teman-temanku sedang pergi mendaki di Gunung Arjuno. Biasanya hari libur diisi dengan kumpul bersama mereka dan bercanda, sharing hal-hal kecil, merencanakan trip, atau hanya sekedar menikmati secangkir kopi dan bercanda menikmati pagi. Namun cuaca yang cerah itu terasa sepi. Sedangkan aku hanya terdiam saja di rumah. Janji dengan temanku pun gagal karena dia tak kunjung datang. Sejenak bingung, aku memutuskan untuk bertemu dengan seorang kenalanku yang aku kenal dari Facebook. Dia cantik, parasnya cukup elok. Hanya pria yang sudah sakit bila tidak menyadari kecantikannya. Dia bekerja di sebuah toko waralaba swalayan di daerah Jombang. Langsung saja aku bergegas dan mencari toko tempatnya bekerja. Ketemu!

Kita bertemu untuk pertama kalinya, mengobrol untuk pertama kalinya, saling bertatap mata untuk pertama kalinya. Singkat cerita, kita semakin akrab dan aku semakin intens berhubungan dengan dia entah melalui BBM maupun lewat Instagram. Menjelang bulan puasa, aku semakin dekat, dan teman-teman gengku berencana untuk membuat acara buka bersama yang diadakan di penghujung bulan Juli. Aku ajak saja dia untuk ikut buka bersama dan dia mau. Untuk pertama kalinya aku merasakan suka sama seorang perempuan setelah sekian lama aku “berpuasa” tidak berkenalan ataupun mencoba suka dengan perempuan manapun.

Lama tak meraskan cinta, akhirnya aku pun jatuh cinta dengan temanku itu. Rasanya seperti cinta anak SMP, yang sering ga bisa tidur, yang sering berharap-harap cemas menunggu balasan sms dari doi. Lucu, itu yang aku pikirkan. Konyol saja akhirnya aku bisa merasakan jatuh cinta. Walaupun akhirnya aku sadar, terkadang cinta itu terkadang memang tak bisa memiliki. Mungkin terlalu “lebay”, tapi aku memang tak bisa bersama dengan temanku itu. Dia lebih memilih pria lain nun jauh di sana. Sedikit kecewa dan patah hati, padahal aku ga pernah menyatakan perasaanku. Dan lagi-lagi bulan puasa tahun ini harus dilalui dengan kesendirian. Aku isi saja bulan puasa ini dengan bekerja sebagai sound engineer seperti yang sudah-sudah, menyelesaikan beberapa proyek rekaman yang sedikit terbengkalai juga karena kesibukanku. Terkadang bila tak ada pekerjaan di studio, aku menghabiskan soreku untuk berburu senja bersama teman-teman. Di situ lah aku pertama kali bertemu denganmu. Belum ada getar apapun waktu itu, aku hanya sebatas tahu namamu dan kamu adalah teman dari temanku.

Sabtu, 11 Juli 2015, ketika aku masih hobi untuk pendekatan dengan temanku itu, kamu hadir untuk pertama kalinya. Aku hanya tau kamu sebatas namamu dan rumahmu. Kamu ikut teman-temanku waktu camping di Ranu Kumbolo sedangkan di saat yang bersamaan aku camping di Bromo, jauh sebelum kita bertemu. Di saat aku sudah tak memiliki harapan untuk menjalin hubungan dengan temanku itu, kamu hadir dengan gayamu yang kolokan di BBM. Aku cukup terhibur dan perlahan-lahan aku mulai merasa nyaman denganmu.

That’s the first reason why I can fall in love (so much) with you. Seperti penyembuh ketika hatiku terluka. Lebay? Ya, aku memang benci dengan orang-orang lebay, tapi aku sendiri tak munafik kalo dalam hal perasaan aku  juga merasa lebay. Tapi memang seperti itu, aku bisa-bisanya suka dengan perempuan yang kolokan, yang spartan bila bercanda. Beberapa kali kita bertemu, aku selalu mengamati kamu. Dari sudut pandang mata yang hanya aku bisa rasakan sendiri, aku bisa menatapmu. Aku selalu bisa melihat senyummu. Bukan aku menjadikan perasaan ini sebagai pelarian sesaat atau hanya sekedar pondokan untuk singgah mencapai sebuah puncak, aku tak pernah menganggapmu pengganti. Kamu adalah kamu yang seutuhnya, aku memandangmu dari atas hingga bawah, tak pernah bisa percaya hingga aku menulis ini kalau aku bisa menyayangimu.

The second is, kamu adalah sosok yang humble. Perempuan humble, ramah, dan baik, serta murah senyum pasti akan membuat banyak orang suka. Dan aku adalah orang yang sangat suka dengan semua sikapmu, sosok yang lemah lembut, suaramu yang halus, tapi konyol di BBM. Bagiku kamu adalah dua mata uang yang berbeda sisi. Aku menikmatinya sebagai bentuk kecantikanmu yang mungkin tak akan pernah sama dengan yang lain.

And for the last, karena kamu adalah kamu. Tak perlu lagi ada alasan kenapa aku bisa menaruh hati padamu. Bila dua alasan di atas menjelaskan sedikit penyebab aku bisa suka kamu, untuk hati aku ga perlu satu alasan pun untuk menaruh hati padamu. Aku sayang padamu tanpa alasan, yang jelas aku sayang sama kamu dan bisa merasakan kamu adalah orang yang baik.

Dan setelah perjalanan kemarin, itu semakin membuat aku yakin kalau perasaan untukmu bukanlah perasaan yang sesaat, setelah bertepuk sebelah tangan akan pudar. Tidak, sama sekali tidak. Aku tetap menikmati saat-saat bersamamu meskipun tidak pernah ada kesempatan untuk berdua. Aku buang semua hasrat dan keinginan yang kadang terlintas di pikiranku, demi melihat sebentuk senyummu. Melihatmu saja aku sudah (sangat) senang, apalagi bisa berdua denganmu. Kamu ingat, ketika di bus kamu memakai sebelah headsetku? Lagu yang aku putar adalah perwakilan dari semua perasaanku, apa yang selama ini aku rasakan ke kamu. Entah kamu tertidur aku ga peduli, bagiku sudah sedikit lega. Bukan aku tak berani bicara langsung, aku tau semua ini biasa saja untukmu. Aku hanya belum siap jika harus mendengar jawaban “tidak” terucap dari bibirmu. Biarlah aku diam, kamu dengan siapa saja. Aku belum butuh jawaban “ya” atau “tidak” sementara aku masih belajar menata hati lagi. Tapi satu, kalau kamu bisa merasakan pandanganku, semua yang sudah ada sejak pertama aku menaruh hati padamu masih terjaga hingga kini. Ya, sampai kamu memastikan benar-benar siap memutuskan dengan siapa kamu akan menjalani sisa waktumu, aku akan tetap mencintaimu dalam diam dan pandanganku. Tak ada yang tahu, apakah aku akan tetap menjaga perasaan ini atau ada kesempatan mengutarakannya kepadamu. My Heart to You, Darl…

Akhirnya mungkin aku akan menjalani hari-hariku seperti biasa. Sembari berusaha dari sini meyakinkan aku pantas untukmu. Tak ada yang sempurna, semoga bila Tuhan mengijinkan kamu denganku, semuanya akan terasa sempurna. And that’s why I love you :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar