TAN MALAKA
Selamat siang menjelang sore gaess, di sela-sela menghitung-hitung setumpuk lembar kerja di depan laptop ijinkanlah saya berkoceh lagi di sini. Ya gak bakalan ada yang ngelarang, ini blog saya weeek hahaha... Sebenernya saya gak punya ide apa-apa waktu mau nulis postingan ini, tapi ketika saya browsing di hardisk laptop kok nemu nama Tan Malaka. Entah saya sendiri juga heran, kenapa akhirnya nama Tan Malaka yang muncul, kenapa tidak dengan nama mantan saya, atau calon pacar saya, atau adek-adek yang cantik mungkin?
Mungkin nama Tan Malaka populer di kalangan akademisi dan aktivis di berbagai kampus di seantero Nusantara. Tapi namanya masih kalah pamor sama artis Korea atau penyanyi sekelas Justin Mbeber (wah pelanggaran!). Bercanda gaess, namanya tidak setenar nama pahlawan lain atau tokoh-tokoh nasional lainnya. Tapi saya tercengang dengan kisah pelariannya mulai dari Singapura, Thailand, Hongkong, hingga Filipina (ingatkan kalo rute/wilayah pelariannya salah). Saya juga terkagum-kagum dengan ide politiknya. Gagasan-gagasannya orisinil, saya bisa katakan gagasannya one of the best ever. Cara hidupnya yang kucing-kucingan juga asik buat ditiru (don't try this at home). Semua itu tak lepas dari ide-ide dan konsep pemikirannya tentang Indonesia.
Sebelumnya saya kasih sedikit pengantar awal kisah saya mengenal seorang Tan Malaka. Saya masih sedikit bisa mengingat, pada waktu saya kuliah sejarah semester 4 saya dapat tugas membuat sebuah kliping dari majalah-majalah lama. Saya minta tolong alm. Mama saya (semoga surga Allah menjadi tempat terindah untuk Beliau ) membelikan beberapa majalah bekas. Waktu itu saya masih cupu gaess, dandanan saya gak banget lah untuk kelas anak kuliahan hahahaha... Nama Tan Malaka masih sedikit asing. Ketika majalah pesanan saya sudah ada di rumah saya lihat satu per satu. Semua ada 4 majalah, dan kesemuanya majalah Tempo terbitan tahun 1986-1988. Banyak peristiwa yang saya gak tahu di tahun-tahun tersebut. Persitiwa pembobolan rekening BNI 1946 pada malam tahun baru 1987 di New York sekaligus menjadi kejahatan cybercrime terbesar di Indonesia pada waktu itu, nukilan biografi sang maestro catur Pakdhe Gary Kasparov, dan hingga akhirnya nemu nukilan buku karya Harry Poeze tentang Tan Malaka. Harry Poeze ini lah yang sangat getol mencari semua tentang Tan Malaka.
Saya baca pelan-pelan, bagian yang saya ingat betul adalah bagian "Mendirikan PARI di Tengah Patung Budha". Yup, PARI itu bukan bahasa Jawanya padi, tapi singkatan dari Partai Republik Indonesia. Saya jujur terharu dan merinding, Tan Malaka di dalam situasi pelarian di Thailand mampu mendirikan sebuah partai dan sekaligus gagasannya mengenai Republik Indonesia (gagasan tersebut sudah ada di Naar de Republik Indonesia yang terbit tahun 1925). Tahun 1927 gaess, bayangin aja. Doi uda nyebut "Republik Indonesia", sebelum Sumpah Pemuda dikumandangkan. Eh, Sumpah Pemuda cuma nyebut nama Indonesia aja, tanpa Republik.
Oiya, Tan Malaka kok bisa di Thailand pada tahun segitu?
Jadi gini gaess, Tan Malaka itu awalnya diangkat sebagai ketua PKI. Nah doi ini mengkritik pendapat elit petinggi partai tentang pemberontahan yang mau dilakukan tahun 1926/1927. Dia berpendapat, pemberontakan tidak hanya bergantung kepada logistik saja. Kalo gak punya massa, gimana? Nah karena dianggap menentang kebijakan partai dan atas perintah pemerintah kolonial Belanda, Tan Malaka akhirnya menjadi seorang pelarian. Pendapat Tan Malaka tentang pemberontakan PKI 1926 terbukti benar. Pergerakan gagal, banyak yang ditangkap dan tokoh-tokohnya banyak yang run away ke luar negeri. Ya, Tan Malaka sebagai pelarian menurut saya lebih terhormat lah dari pada mereka yang run away ckckck...
Tan Malaka balik ke Indonesia pada jaman Jepun. Pokoknya doi amat dirahasiakan keberadaannya, dan doi juga nyamar, ngaku sebagai buruh tambang batubara di Bayah, Banten bernama Husein. Menjelang kemerdekaan Tan Malaka beberapa kali "show up" ke beberapa tokoh pergerakan nasional. Di bawah tanah, doi ngompor-ngomporin para pemuda buat segera menyatakan kemerdekaan. Namanya anak muda ya, kayak pas lagi kasmaran, sikat saja daahhh hahaha... Dan doi nongol di Lapangan Ikada pada saat rapat akbar.
Sebelumnya saya kasih sedikit pengantar awal kisah saya mengenal seorang Tan Malaka. Saya masih sedikit bisa mengingat, pada waktu saya kuliah sejarah semester 4 saya dapat tugas membuat sebuah kliping dari majalah-majalah lama. Saya minta tolong alm. Mama saya (semoga surga Allah menjadi tempat terindah untuk Beliau ) membelikan beberapa majalah bekas. Waktu itu saya masih cupu gaess, dandanan saya gak banget lah untuk kelas anak kuliahan hahahaha... Nama Tan Malaka masih sedikit asing. Ketika majalah pesanan saya sudah ada di rumah saya lihat satu per satu. Semua ada 4 majalah, dan kesemuanya majalah Tempo terbitan tahun 1986-1988. Banyak peristiwa yang saya gak tahu di tahun-tahun tersebut. Persitiwa pembobolan rekening BNI 1946 pada malam tahun baru 1987 di New York sekaligus menjadi kejahatan cybercrime terbesar di Indonesia pada waktu itu, nukilan biografi sang maestro catur Pakdhe Gary Kasparov, dan hingga akhirnya nemu nukilan buku karya Harry Poeze tentang Tan Malaka. Harry Poeze ini lah yang sangat getol mencari semua tentang Tan Malaka.
Saya baca pelan-pelan, bagian yang saya ingat betul adalah bagian "Mendirikan PARI di Tengah Patung Budha". Yup, PARI itu bukan bahasa Jawanya padi, tapi singkatan dari Partai Republik Indonesia. Saya jujur terharu dan merinding, Tan Malaka di dalam situasi pelarian di Thailand mampu mendirikan sebuah partai dan sekaligus gagasannya mengenai Republik Indonesia (gagasan tersebut sudah ada di Naar de Republik Indonesia yang terbit tahun 1925). Tahun 1927 gaess, bayangin aja. Doi uda nyebut "Republik Indonesia", sebelum Sumpah Pemuda dikumandangkan. Eh, Sumpah Pemuda cuma nyebut nama Indonesia aja, tanpa Republik.
Oiya, Tan Malaka kok bisa di Thailand pada tahun segitu?
Jadi gini gaess, Tan Malaka itu awalnya diangkat sebagai ketua PKI. Nah doi ini mengkritik pendapat elit petinggi partai tentang pemberontahan yang mau dilakukan tahun 1926/1927. Dia berpendapat, pemberontakan tidak hanya bergantung kepada logistik saja. Kalo gak punya massa, gimana? Nah karena dianggap menentang kebijakan partai dan atas perintah pemerintah kolonial Belanda, Tan Malaka akhirnya menjadi seorang pelarian. Pendapat Tan Malaka tentang pemberontakan PKI 1926 terbukti benar. Pergerakan gagal, banyak yang ditangkap dan tokoh-tokohnya banyak yang run away ke luar negeri. Ya, Tan Malaka sebagai pelarian menurut saya lebih terhormat lah dari pada mereka yang run away ckckck...
Tan Malaka balik ke Indonesia pada jaman Jepun. Pokoknya doi amat dirahasiakan keberadaannya, dan doi juga nyamar, ngaku sebagai buruh tambang batubara di Bayah, Banten bernama Husein. Menjelang kemerdekaan Tan Malaka beberapa kali "show up" ke beberapa tokoh pergerakan nasional. Di bawah tanah, doi ngompor-ngomporin para pemuda buat segera menyatakan kemerdekaan. Namanya anak muda ya, kayak pas lagi kasmaran, sikat saja daahhh hahaha... Dan doi nongol di Lapangan Ikada pada saat rapat akbar.
Doi keren gaess, jalan sebelahan sama RI 1. Dan RI 1 pun sangat segan dengan doi, karena isi kepalanya mengenai Indonesia sungguh maju. Mungkin kalo itu bisa didownload, bisa nyampe ribuan halaman PDF, bisa nyampe gigabyte-an mungkin hehehe...
Cuma sayangnya pemerintah Orba sengaja menghilangkan nama Tan Malaka sekalipun doi punya gelar Pahlawan Nasional. Entah apa motif yang sesungguhnya, mungkin Orba sensitif sama yang berbau komunis kali ya? Menurut pandangan saya, Tan Malaka itu kayak genre musik all arround. Semua paham "isme-isme"-an bisa ditemukan di semua gagasannya. Komunisme? Iya, sudah pasti karena Tan Malaka agen Komintern (Komunis Internasional). Islamisme? Oiya, jelas! Dia berpendapat bahwa komunis dan pan-islamisme bisa memenangkan dunia persilatan politik Indonesia. Sosialis? Sudah jelas gaess, tak usah diragukan lagi. Pemikirannya sangat sosialis. Nasionalis? Well, dia sudah mencetuskan nama Republik Indonesia di essainya yang legendaris, majestic abisss pokoknya. Naar de Republiek Indonesia terbit tahun 1925, meskipun isinya masih dari sudut pandang pemikiran komunis dan sosialis namun dia sudah mendahului jaman gaess. Jadi Tan Malaka itu memainkan hampir semua genre pemikiran pergerakan di Indonesia. Orang dulu pinter-pinter ya?
Apapun itu tentang Tan Malaka, doi sangat berjasa buat bangsa Indonesia. Dia patut dihargai, dipelajari pemikirannya. Cuma jangan ditelan mentah-mentah, yang mentah rasanya pasti gak enak hahaha... Buat anak muda jaman sekarang, ya jangan cukup tau aja sama yang namanya Tan Malaka. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari sini (dari blog ini hahaha) Kalo mau cari tahu, di internet banyak, bukunya Harry Poeze juga sudah sangat mumpuni untuk mengetahui Tan Malaka lebih jauh. Sekian dulu postingan hari ini, selamat menikmati hari Minggu kalian gaess ;)
Cuma sayangnya pemerintah Orba sengaja menghilangkan nama Tan Malaka sekalipun doi punya gelar Pahlawan Nasional. Entah apa motif yang sesungguhnya, mungkin Orba sensitif sama yang berbau komunis kali ya? Menurut pandangan saya, Tan Malaka itu kayak genre musik all arround. Semua paham "isme-isme"-an bisa ditemukan di semua gagasannya. Komunisme? Iya, sudah pasti karena Tan Malaka agen Komintern (Komunis Internasional). Islamisme? Oiya, jelas! Dia berpendapat bahwa komunis dan pan-islamisme bisa memenangkan dunia persilatan politik Indonesia. Sosialis? Sudah jelas gaess, tak usah diragukan lagi. Pemikirannya sangat sosialis. Nasionalis? Well, dia sudah mencetuskan nama Republik Indonesia di essainya yang legendaris, majestic abisss pokoknya. Naar de Republiek Indonesia terbit tahun 1925, meskipun isinya masih dari sudut pandang pemikiran komunis dan sosialis namun dia sudah mendahului jaman gaess. Jadi Tan Malaka itu memainkan hampir semua genre pemikiran pergerakan di Indonesia. Orang dulu pinter-pinter ya?
Apapun itu tentang Tan Malaka, doi sangat berjasa buat bangsa Indonesia. Dia patut dihargai, dipelajari pemikirannya. Cuma jangan ditelan mentah-mentah, yang mentah rasanya pasti gak enak hahaha... Buat anak muda jaman sekarang, ya jangan cukup tau aja sama yang namanya Tan Malaka. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari sini (dari blog ini hahaha) Kalo mau cari tahu, di internet banyak, bukunya Harry Poeze juga sudah sangat mumpuni untuk mengetahui Tan Malaka lebih jauh. Sekian dulu postingan hari ini, selamat menikmati hari Minggu kalian gaess ;)
-- VIVA HISTORIA --
Tidak ada komentar:
Posting Komentar