Selasa, 29 September 2015

G 30 S DAN RUWETNYA KONFLIK PKI - SOEKARNO - ANGKATAN DARAT: SEBUAH OTOKRITIK DAN TINJAUAN

Sedikit Tinjauan dan Otokritik Mengenai Pagebluk Sejarah Kelam Indonesia




Nah gaess, kali ini ane akan memberikan sedikit tinjauan ane pribadi nih mengenai sebuah peristiwa yang (menurut ane) paling terkenal dalam sejarah perjalanan Indonesia. Peristiwa penculikan beberapa jenderal Angkatan Darat yang kemudian oleh beberapa pihak disebut sebagai Pemberontakan G 30 S/PKI. Dari sebutannya aja uda mengandung ribuan pertanyaan. Apakah memang sepenuhnya dilakukan PKI? Apakah memang pantas disebut sebagai sebuah pemberontakan? Apa penyebabnya? Mengapa?

Kalo mau bicara tentang G 30 S ini, maka kalian harus paham dengan konflik internal Angkatan Darat, konflik Soekarno dengan Soeharto, keinginan PKI untuk menjadi partai penguasa, intervensi luar negeri terhadap politik Indonesia, dan mungkin masih banyak lagi yang harus dipelajari. Tapi karena ane berbaik hati (ciiiiyeeee) maka ane akan paparkan sedikit keruwetan seputar G 30 S.

So, pertama ane akan bicara mengenai PKI itu sendiri. Orang Indonesia kalo denger kata PKI pasti ingetnya ya G 30 S. Kenapa bisa begitu? Karena rezim Orde Baru menanamkan pemahaman kepada masyarakat pada waktu itu bahwa PKI dan komunisme adalah sesuatu yang "diharamkan" hidup di Indonesia. Memori kolektif itu yang akhirnya masih terbawa hingga kini. Terlepas dari itu kita ga boleh melupakan fakta bahwa PKI emang partai gede loh di Indonesia. Yaaa, meskipun beberapa kali melakukan aksi yang keras dan separatis namun tetep harus kita akuin bahwa PKI adalah partai gede. PKI sanggup jadi pemenang ke-4 dalam Pemilu 1955, itu uda jadi pegangan kalo PKI bukan partai gurem. Benih-benih dari kemunculan PKI ini berasal dari organisasi bentukan seorang meener bernama Sneevliet yang membentuk ISDV yang notabene organisasi para buruh pelabuhan, Nah dari situ lah doi nyebarin paham-paham marxisme di kalangan buruh.

Menariknya banyak dari anggota organisasi Sarekat Islam juga tertarik dengan organisasi ini. Salah satunya adalah Semaun yang kelak jadi dedengkotnya PKI. Doi ini ga setuju sama cara pandang HOS Tjokroaminoto yang ngelarang anggota SI ikut organisasi lain, terlebih yang punya aliran komunis. Akhirnya Semaun minggir dan misahin diri, membentuk sebuah kelompok sendiri yang biasa dikenal dengan SI Merah. Nah terus tahun berapa ya ane lupa, oh iya tahuin 1924 akhirnya ISDV ini ganti nama jadi Partai Komunis Indonesia ato nama bekennya PKI. G atu nih Semaun dkk ngadain syukuran apa enggak waktu ganti nama hahaha :v

Nah lanjut tahun 1926, PKI ini bikin gerakan separatis di bawah pimpinan orang-orang eksentrik macem Alimin, Darsono, Semaun, dan tak ketinggalan Musso. Mereka ngumumin pembentukan republik tapi gerakan mereka gagal dan para pemimpinnya ngibrit entah kemana. Ada yang ke Sovyet macem Musso, ada yang dibuang ke Boven Digoel sono, macem-macem dah. Sebenernya gerakan itu ga disetujuin sama Tan Malaka, namun pendapatnya ga digubris sama orang-orang ekstremis itu, dan ya akhirnya berujung dengan kegagalan. Entah waktu itu mereka kenal istilah galau ato belum :D Beberapa tahun akhirnya PKI vakum deh dari hingar bingar dunia persilatan di Indonesia huahahaha. Musso pulang kampung tahun 1935 tapi doi bergerak underground. Doi pengen menata PKI sampe akhirnya nanti siap buat tampil lagi di kancah politik Indonesia.

Alimin

Darsono

Muso

Semaun


Skip Skip Skip..
Nah ketika Indonesia merdeka banyak banget partai yang bermunculan. Tak ketinggalan PKI akhirnya ikut muncul lagi. Atmosfer revolusi pada waktu itu turut mempengaruhi suasana perpolitikan di Indonesia muda. Eh ternyata PKI ini bikin ulah lagi. Mereka ini yang ga bisa belajar dari sejarahnya, akan terulang lagi dalam kesalahan yang sama. Tahun 1948 PKI bikin gerakan separatis di Madiun yang punya nama beken Madiun Affair. Gerakan kali ini dipimpin oleh Musso sendiri. Dan akhirnya? Kandas di tangan prajurit-prajurit TNI. Gerakan ini didukung oleh perdana menteri waktu itu, Amir Sjarifuddin. Akhirnya doi sama Musso dieksekusi bersama pentolan-pentolan gerakan ini. Tapi pembersihan unsur-unsur gerakan ini ga sampe tuntas karena beberapa bulan kemudian Walondo nglancarin Agresi Militer II. So, semua kekuatan difokuskan buat perang lawan Walondo.

Akhirnya kesempatan itu digunain oleh para tokoh muda PKI, macam DN Aidit, Njoto, Pono, dan Sjam buat membesarkan PKI. Hasilnya? PKI menjadi pemenang ke-4 nasional dalam Pemilu 1955. Sebuah pencapaian besar dan fantastis kalo ane pribadi. Pembinaan kadernya sampe ke akar rumput, oragnisasinya manteb banget, dan membina kedekatan dengan Presiden juga militer terutama Angkatan Darat. Nah itu tuh yang bikin para petinggi ABRI ada yang kurang seneng dengan kedekatan PKI dan militer juga Pak Karno. Kan Pak Karno punya konsepsi politik sendiri, nasakom. Nasionalis, Agama, Komunis, pengennya jalan berdampingan. Tapi namanya juga politik ya, biar kata kawan lawan kalo punya kepentingan ya sikaaaaatttt. Akhirnya kedekatan PKI dan Presiden serta militer inilah yang membuat mereka sedikit "keblinger" kalo kata Pak Karno. Tanggal 30 September - 1 Oktober 1965, terjadilah peristiwa itu. A. Yani, Pandjaitan, Soetoyo, Soeprapto, S. Parman, MT. Haryono, Pierre Tendean, KS. Tubun, Katamso, dan Sugiyono menjadi korban pembunuhan yang dilakukan oleh pasukan elit kawal presiden, Tjakrabirawa. Untung, Doel Arief, Boengkoes, Mukijan, Raswad, dan pasukan Tjakrabirawa yang lainnya ditugaskan untuk menculik para jenderal dan ada yang langsung dor on the spot. Sebagian lagi ada yang dibawa ke Lubang Buaya dan dihabisi di sana.

DN Aidit


Sjam

Njoto


Tanggal 3 Oktober 1965, jenazah mereka ditemukan di sebuah sumur tua di Lubang Buaya. Proses evakuasi jenazah dipimpin langsung sama Soeharto. Setelah itu Soeharto tanpa pikir panjang ngomong kalo itu perbuatan PKI. Media langsung merespon dan membesarkan berita ini. Kemudian 11 Maret 1966, Supersemar turun dan pembersihan terhadap PKI pun dilakukan. Pembersihan terhadap anggota partai maupun simpatisan PKI menewaskan antara 500.000 - 3 juta orang. Gilaaa, pembantaian sebesar itu? Tentunya hal ini jadi sebuah noda dalam sejarah Indonesia yang mau ga mau harus kita terima.

Pahlawan Revolusi


Tinjauan dan Otokritik

Oke nih ya, sekarang sampe pada pembahasan masalah yang segitu ruwetnya. Konflik PKI itu bukan sekedar konflik politik doang, Banyak latar belakang yang mendasari kenapa gerakan itu bisa terjadi. Yang pertama itu adalah dari internal PKI sendiri. Keinginan kuat mereka buat jadi partai penguasa akhirnya bikin mereka keblinger. Karena saking terobsesinya nih ya, mereka dengan mudah "dikompor-komporin". Seperti waktu Pak Karno sakit, nah DN Aidit kawatir gimana kalo Pak Karno meninggal? Siapa yang bakalan nggantiin Pak Karno jadi presiden? DN Aidit kawatir militer yang bakalan ngganttin Pak Karno. Terlebih lagi ada isu Dokumen Gilchrist yang bilang bakalan ada kudeta yang didalangin sama Dewan Jenderal. Nah Aidit makin ga karuan gupuhnya, pengen segera men-take over pemerintahan waktu itu.

Eks Letkol Untung


Mereka akhirnya rapat dan sepakat bikin gerakan penculikan itu. Komandannya ya Letkol Untung itu. Doi malah laporan ke Pak Harto dan apa jawabannya? Sikat habis! Pak Harto merestui gerakan itu. Malah pas sewaktu pulang dari RSPAD Pak Harto ketemu sama pasukan tak dikenal tapi doi malah diem aja dan ngibrit ke rumah terus ngorok. Pak Harto ini emang pinter, ternyata dia memanfaatkan keadaan ini biar doi dianggep pahlawan. Untung kan uda kenal Pak Harto sejak masa revolusi, malah Pak Harto ini jadi komandannya. Hubungan mereka uda terjalin rekat, so mereka sudah tahu sama tahu kalo bakal ada gerakan macam ini. Usut punya usut, Pak Harto punya dendam pribadi sama anggota "Dewan Jenderal" ini. Dendam masa lalu sewaktu Pak Harto masih di Kodam Diponegoro dan terlibat kasus penggelapan. Doi kan ditempeleng sama A. Yani dan direkomen pecat sama Nasution. Tapi Pak Karno berbaik hati dan narik Pak Harto ke Seskoad. Dendam ini yang akhirnya bikin Pak Harto ngrancang kudeta merangkak. Sekali pukul, PKI habis dan Pak Karno tumbang.

Tapi ada juga intervensi dari luar negeri. Amerika ga suka kedekatan Pak Karno dengan PKI, makanya CIA diutus buat ngedisain grand masterplan buat ngebantuin Pak Harto ngelengserin Pak Karno. Cuman ane kurang paham aja gimana hubungan mereka sebenernya. Yang jelas Pak Harto punya gawe, PKI punya gawe dan CIA juga punya gawe. Tujuannya sama sih, pengen jadi penguasa. Tapi jalannya yang berbeda-beda dan kepentingannya juga beda. Siapa yang pantes disalahin?

Pemerintah Orba punya andil besar dalam menanamkan memori kolektif kepada masyarakat Indonesia. Kemunculan film G 30 S/PKI dan penerbitan "buku putih" Pemberontakan G 30 S/PKI menjadi senjata ampuh Pak Harto yang sangat jitu buat nanemin pemahaman kalo PKI itu "haram". Padahal nih ya kalo dipikir-dipikir, para petinggi ada yang ga tau tentang gerakan ini. Aidit malah lagi di Sumatera watu peristiwa penculikan ini. Yang tau persis peristiwa ini ya Sjam Kamaruzzaman. Doi ini anggota Biro Khusus PKI yang tugasnya membina hubungan dengan militer. Rencana ini ga sejalan sama apa yang uda dibicarain sama Aidit. Terus militer? Mereka juga punya andil kan? Mereka terinfiltrasi oleh pengaruh PKI, dan tidak seharusnya militer ikut campur dengan urusan partai politik. Yaaaa mungkin waktu itu belum ada peraturan yang membatasi peran militer di dunia politik. Lalu internasional? Peran Amerika? Mereka khawatir kalo PKI menduduki pemerintahan maka kepentingan-kepentingan global Amerika tidak akan masuk ke Indonesia. So, mereka membantu Pak Harto mendisain kudeta merangkak.

Haruskah gerakan itu masih disebut pemberontakan? Apa yang harus diberontak? Menurut ane G 30 S hanyalah sebuah gerakan politik yang ga ada maksud buat memberontak. Para tersangkanya hanya keblinger akan tahta kekuasaan, mereka berebut simpati Pak Karno, dan dilawan sama mereka yang ga suka sama PKI. Tapi ada aktor intelektual yang bisa memanfaatkan keadaan ini. Yup, dia adalah Pak Harto. Kalo kudeta mungkin bisa dibenarkan, mengingat para pelakunya mendemisionerkan kabinet dan pemerintahan. Tapi nyatanya gerakan itu hanya terjadi di Jakarta. Di daerah-daerah yang lain? Masih adem anyem, mereka ga tahu apa-apa. Sekali lagi PKI tidak belajar dari sejarah mereka sendiri. Mereka kalah oleh perbuatan terburu-buru mereka. Harusnya kalopun PKI pengen jadi partai penguasa, ya slowly aja lah. Bukan berarti ane mendukung PKI, bukan! Maksudnya masih banyak jalan yang bisa ditempuh buat merealisasikan kepentingan mereka.

Lantas setelah masa reformasi, masihkah kita tetap menganggap bahwa topik PKI dan komunisme itu tabu? Ane rasa kebebasan sudah sangat luas, jadi kita tak perlu takut membuka sejarah yang belum terungkap. Toh PKI ini masih menyimpan mitos sejarah yang banyak orang ga tau tentang itu. Mungkin cukup lah disebut sebagai G 30 S tanpa embel-embel PKI, karena faktanya bukan hanya PKI yang terlibat tapi juga militer. Sadar sejarah yang baik ya berani membuka fakta yang masih tertutup. John Roosa, Ben Anderson, dan peneliti lainnya yang tertarik dengan PKI dan sebangsanya sangat sangat menyumbang banyak tentang perjalanan PKI. Sudah saatnya juga pemerintah melepaskan stigma negatif tentang orang-orang yang pernah terlibat dalam peristiwa itu. Mana keberanian kita dalam mengungkap kebenaran? Sudah seharusnya kita yang paham sejarah menjelaskan sebenar-benarnya kepada khalayak umum. Oke cukup sekian dulu, ane capek nih hahahaha.. Ntar ane tambahin lagi kalo punya ide lagi, see you gaess :)

Sabtu, 26 September 2015

SEKOLAH THHK MOJOKERTO, RIWAYATMU KINI... (BAGIAN 2)

Menjamurnya Sekolah-Sekolah Tionghoa di Jawa dan Beberapa Daerah Lainnya

Goede morgen fellas hahaha kali ini di hari Minggu yang sedikit mendung ane mau lanjutin postingan ane sebelumnya tentang penelitian ane semasa duduk di bangku kuliah dulu, Sekolah THHK Mojokerto. Nah edisi kali ini akan membahas lebih dalam mengenai kemunculan dan perkembangan sekolah-sekolah Tionghoa serta respon Walondo mengenai hal tersebut. Let's start!!!

Nah kemaren ane uda ngejelasin bahwa di Batavia sono noh, para pemuka etnis Tionghoa sepakat mendirikan sebuah organisasi bernama THHK. Kebanyakan mereka ini adalah orang Tionghoa yang kaya raya, pedagang, pengusaha, serta para opsir Tionghoa dari beberapa daerah di seputaran Batavia. Awalnya kan emng belum mikir bakalan ngurusin pendidikan, karena mereka sendiri prihatin dengan kehidupan orang Tionghoa di sini yang semakin menjauh dari ajaran Konghucu. So, tujuan awalnya bener-bener pure bersifat sosial budaya nih gaess, mereka me-refinasi kebuadayaan Tionghoa yang hidup di sini. Yaaaa, macam tahun sekarang ya, yang uda ga keruan modelnya hahahaha :v

Nah setelah ngadain rapat, kumpulan sana sini, arisan (bukan arisan berondong ato purel loh ya), dan juga diskusi yang sedikit alot maka para pengurus THHK ini kemudian menyadari pentingnya mendirikan sebuah sekolah yang bisa mengakomodir pendidikan buat kaum mereka. Seperti yang uda ane jelasin di posting bagian pertama, Walondo ga nyediain sekolah buat etnis Tionghoa. So mereka yang kere ya ga bisa sekolah, sementara yang kaya raya bisa masuk di sekolah-sekolah Belanda. Akhirnya pada tanggal 17 Maret 1901 dibukalah sekolah Tionghoa pertama yang kelak dikenal sebagai Sekolah THHK. Lokasinya ada di Patekokan, dan mereka di sono lazim menyebut sekolah ini sebagai Sekolah Pa Hua (FYI, setiap sekolah-sekolah THHK punya sebutan khusus seperti itu; Malang sebutannya Ma Hua, Batavia sebutannya Pa Hua).

Bang, Adek mau tanya nih, apa emang bener-bener ga ada sekolah buat orang Tionghoa?
Nah Adek ini selain cantik, otaknya encer juga macam otak-otak. Sebenernya ada sekolah-sekolah buat etnis Tionghoa, tapi emang bener-bener dikit, bisa diitung dengan jari, dan biasanya jadi satu dengan klenteng. Semisal ada yang namanya Sekolah Beng Beng Sie Wan ato nama ngehitsnya pada masa itu adalah Sekolah Gie Oh. Sekolah ini didanain sama opsir-opsir Tionghoa. Namun, sekolah ini cuma ngajarin muridnya ajaran konghucu doang. Bahkan muridnya sendiri banyak yang ga paham sama pelajaran di sono. Nah, gimana itu cobak?

Maka dari situ lah gagasan dibentuknya Sekolah THHK muncul. Para pengurus THHK ini pengen liat anak-anak Tionghoa punya otak encer, ga ngapalin kitab-kitab Konghucu melulu. Kurikulum yang dipake sama Sekolah THHK ini ngadopsi kurikulum sekolah-sekolah Tiongkok daratan, yang juga ngadopsi kurikulum sekolah-sekolah di Jepang. Bang, Adek bingung Bang :(
Jadi gini, kurikulum Sekolah THHK kan ngadopsi kurikulum sekolah-sekolah di Tiongkok sana. Nah sekolah-sekolah di Tiongkok ini ternyata ngadopsi sistem kurikulum yang dipake di sekolah-sekolah di Jepang. Paham?

Nah kalo kayak gitu otomatis buku-buku sekolahnya juga diimpor dari Tiongkok. Ada pelajaran membaca, menulis, mengarang indah, menyanyi, kerajinan, ilmu bumi, ilmu alam, dan masih banyak lagi. Jadi pelajaran yang diberikan ga kalah sama sekolah-sekolah Walondo. Wah, akhirnya orang-orang Tionghoa banyak deh yang nyekolahin anak-anak mereka ke situ. Sambutannya luar biasa dan mereka sangat senang dengan apa yang diajarkan di Sekolah THHK. Akhirnya nih ya, berita tentang Sekolah THHK Batavia ini nyebar ke daerah lain. Di sono orang-orang Tionghoa ini juga ngebentuk perkumpulan THHK, entah itu yang kemudian jadi cabang dari THHK Batavia ato berdiri independen. Tapi para pengurus THHK Batavia ini emang patut diacungin jempol, mereka selalu memonitor THHK di daerah lain dan kerap ngadain kumpulan guna mbahas kelanjutan dari sekolah-sekolah milik THHK. Jadi kurikulum yang dipake di setiap Sekolah THHK itu ya sama hahaha. Solider banget ya, tanpa beda-bedain mana anggota cabang mana yang independen, kalo visi misinya sama mereka diajak kumpul buat bikin perubahan dan kemajuan, ga kayak jaman sekarang.

Phoa Keng Hek, presiden pertama THHK

Guru dan pengurus THHK Batavia

Potret Sekolah THHK Batavia
Nah akhirnya nih ya, kabar ini pun nyampe di kota ane tercinta, Mojokerto. Ya meskipun agak telat sih, kabar mengenai kepopuleran Sekolah THHK baru direspon tahun 1907 dengan membentuk perkumpulan THHK dan mendirikan Sekolah THHK Mojokerto pada tanggal 5 Agustus 1907. Bang, Adek ragu tanggal berdirinya segitu? Ini data ane peroleh dari Dag Register-nya Walondo semasa njajah tanah kita. Whatever, Sekolah THHK Mojokerto akhirnya terbentuk dengan Letnan Tan Djoe An sebagai pelindungnya sementara gurunya baru 2 biji aja, yaitu Shu Sao Nah dan Kwee Sik Tjo. Dengan murid pertama 50 orang, maka resmilah Sekolah THHK Mojokerto menjadi salah satu di antara pilar-pilar kebudayaan etnis Tionghoa...

(to be continued...)

Kamis, 24 September 2015

SEKOLAH THHK MOJOKERTO, RIWAYATMU KINI... (BAGIAN 1)

Murid dan guru Sekolah THHK Mojokerto, suatu hari di tahun 1953
Selamat siang gaess, ane balik lagi dengan postingan yang asli 100% sejarah :D Maafkeun kemarin ane sempet bikin postingan yang isinya galo berat, tapi alhamdulillah sekarnga sudah agak baikan. Oke deh ga usah bertele-tele let's start the lesson ;)
Kali ini ane bakalan cerita panjang lebar mengenai sejarah pendidikan Tionghoa, khususnya dari tulisan ane sendiri yaitu Sekolah THHK Mojokerto. Tapi entah di transkrip nilai peminatan ane malah jadi sejarah kota -_- But, itu semua ga akan mengurangi makna dan esensi dari tulisan ane..

Ane kasih sedikit pengantar (yang panjang) nih biar ente-ente dan Adek-Adek manis yang berusaha ngehits jadi sedikit paham. Etnis Tionghoa merupakan salah satu etnis minoritas di Indonesia, dengan jumlah yang terbesar di antara yang lain. Mereka ini uda ada sejak jaman kerajaan-kerajaan dulu gaess. Konon katanya mereka sudah ada sejak jaman Majapahit. Waduh, uda lama banget dong? Yaiyalah lama -_- Mereka ini kebanyakan pedagang dan tukang (entah tukang apa asal jangan tukang kibul) dan tidak membawa serta perempuan-perempuan Tiongkok daratan ke Nusantara. Mereka nyebut kawasan Nusantara sebagai Nanyang yang berarti tanah selatan. Akhirnya mereka kimpoi sama cewek pribumi dan muncullah Tionghoa peranakan.

Skip-skip-skip, memasuki tahun 1800-an pemerintah kolonial Walondo mulai nerapin kebijakan "aneh" yang dikenal dengan istilah wijkenstelsel. Wijkenstelsel itu semacem kebijakan yang mengharuskan sebuah kota dibagi tempat tinggalnya berdasarkan ras ato suku. Wow, jadi waktu Walondo nerapin politik pecah belah dan pengkotakan sama bangsa-bangsa yang hidup di Nusantara, khususnya Jawa. Nah ini loh Dek, asal muasal kenapa orang Tionghoa itu (maaf) agak sentimen ke orang-orang pribumi dan juga sebaliknya. Masalahnya itu kompleks, macam cinta segitiga. Selain masalah pengkotak-kotakan, orang Tionghoa sendiri juga masih nganut sistem "totok". Apa lagi itu Bang? Totok itu istilahnya Tionghoa tulen dari Tiongkok daratan, kimpoinya sesama Tionghoa totok juga, buadayanya masih budaya Tiongkok tulen. Yang totok ini status sosialnya lebih tinggi dari yang peranakan, dan status hukumnya itu hukum Eropa. Wah makin mbulet aja nih, Abang pusing :v Jadi kalo orang Tionghoa totok ini bikin kesalahan dan harus masuk pengadilan, doi bakalan diadili di pengadilan Belanda. FYI ya, hukum masa penjajahan Walondo juga dibagi berdasarkan ras. Orang bule masuk status hukum Eropa dan punya pengadilan sendiri, orang pribumi macam ane juga punya hukum dan pengadilan sendiri.

So, wijkenstelsel ini malah bikin kita sama sekali kurang akur dengan orang Tionghoa. Toh, sebenernya Walondo itu juga kebingungan karena cuman orang Tionghoa yang punya relasi baik dengan pedagang-pedagang pribumi. Jadi orang Tionghoa dalam kegiatan ekonomi itu sebagai penghubung antara Walondo dan pribumi. Yang bikin kesel nih ya, Walondo ternyata ga nyedia'in sarana pendidikan yang memadai bagi orang Tionghoa. Kalo yang kaya-kaya macam anak opsir Tionghoa sekolahnya jelas di sekolah-sekolah Belanda macem HBS, HMS, MULO, dan sebagainya. Nah kalo yang kere? (FYI, opsir Tionghoa itu jabatan tituler yang ada di wilayah wijkenstelsel Tionghoa yang fungsinya ngatur komunitasnya sendiri. Pangkatnya mulai dari Letnan - Kapten - Mayor)

Nah maka dari itu di Batavia sono pada tahun 1900 komunitas Tionghoa mendirikan sebuah perkumpulan yang bernama Tiong Hoa Hwee Koan (THHK). THHK ini singkatnya adalah perkumpulan Tionghoa rantau. Awalnya sih ga ngurusin pendidikan, cuman ngurusi budaya aja. Mereka pengen orang Tionghoa itu kembali ke ajaran Konfusianisme yang bener. Tapi akhirnya pada tahun 1901 mereka mendirikan the first Chinese school in Java. Sekolah ini terkenal dengan sebutan Sekolah THHK, yang berlokasi di Patekokan. Inilah asal mula kemunculan sekolah-sekolah THHK yang ada di Nusantara, termasuk nantinya juga di Mojokerto...

(to be continued...)

Rabu, 23 September 2015

LET IT GO, SEGITU MUDAH KAH?

(Musik dari Mateus Asato - The Bridge mengalun...)

Dalam setiap pertemuan pasti ada perpisahan, bila ada awal pasti ada akhir. Itu adalah hukum dari Tuhan yang tidak bisa kita sadari. Namun yang membuat kita bingung adalah ketika kita harus bertemu pada sebuah titik akhir. Sebua titik di mana kita akan melepas semua yang sudah kita raih, apapun itu. Dan perjalanan kita menuju titik akhir itu bermacam-macam tergantung kita sebagai pemain teater yang sudah berjalan di jalan cerita Tuhan. Salah satunya mungkin dengan merelakan. Ya, let it go... Apakah merelakan itu worthy atau malah be worst?

Tengoklah mereka muda mudi yang bergembira memupuk perasaan mereka. Itu merupakan waktu di mana mereka belum memikirkan sebuah titik akhir. Pernikahan? Oh, itu masih sangat jauh. Pernikahan bukan merupakan suatu titik akhir, tapi tahap yang akan kita lalui dalam jalur hidup kita menemui banyak titik akhir nantinya. Bila datang suatu masa di mana mereka harus merelakan orang yang mereka cintai, apakah mereka siap?

Aku pernah sekali melihat acara motivasi di sebuah stasiun televisi swasta terkenal. Sang motivator menjelaskan bahwa cinta adalah suatu perasaan dan dorongan untuk selalu bersama dengan objek yang kita cintai. Artinya bila kita suatu saat harus berpisah, sederhananya cinta itu hilang. Padahal dalam kenyataannya apa yang terjadi bisa jadi lebih rumit dari itu. Serumit apakah? Bagiku itu adalah hal yang sangat empiris, kita tidak bisa menyimpulkan berbagai macam pendapat dari sekian juta orang. Tapi yang jelas sebagian besar pasti berkata bahwa bila menemui sebuah perpisahan pasti mereka belum sanggup menerima kenyataan bahwa mereka harus merelakan.

Ada pepatah mengatakan, bahwa cinta yang terhebat adalah merelakan orang yang kita sayang berbahagia dengan orang lain. Bukan karena sudah tidak sayang, tapi sadar bahwa ada yang lebih mampu membahagiakan dia dibandingkan kita. Tentu hal itu sangat sangat berat. Kita akan bertarung dengan pikiran dan perasaan kita. Kepala kita akan merasa panas. Ingat, masih ada Tuhan yang lebih tahu segalanya. Kita cukup tahu di tahu-nya kita dan tahu di tidak tahu-nya kita. Kembalikan kepada Tuhan, bila kalian mengimani Tuhan itu Maha Kuasa, Dia yang akan menentukan semua yang kita lakukan.

Dengan merelakan jiwa kita akan merasa sehat dan lebih kuat. Karena dengan kita berusaha ikhlas, kita akan terbiasa ikhlas. Orientasi perasaan kita bukan lagi sebatas hanya dalam kata saja. Kalian lupa, pacaran itu juga salah satu bentuk politik. Politik itu kepentingan, kepentingan apa yang kalian cari? Jika sepasang muda mudi memiliki visi dan misi yang sama, berarti kepentingan mereka sama dan sah-sah saja berpolitik dalam tingkat yang lebih lanjut yang kita sebut sebagai pacaran. Jika kita berpolitik dengan Tuhan, kita punya kepentingan apapun bila Tuhan tidak merestui atau menilai apa yang kamu cari itu tidak baik, maka gagal sudah politikmu.

Ada seorang temanku berkata, bahwa cinta itu adalah pernikahan. Cinta itu sepaket dengan jodoh yang dikirmkan oleh Tuhan kepadanya. Jujur, aku sendiri terhenyak sekuat itu kah iman seseorang kita benar-benar mengharapkan cinta? Atau sudah lelah berputus asa dan bertawakkal menyerahkan semuanya kepada Tuhan? Singkatnya aku terhenyak, sekuat itu keyakinannya. Aku merasa tidak ada apa-apanya dibandingkan dia. Dia membuatku sadar akan satu hal, sebelum ijab qobul semua perasaan itu hanya sekedar perasaan "menyukai". Cinta baginya (mungkin) ketika si suami sudah menggantikan ayahnya sebagai penanggung dosanya. Dia sudah melewati fase "merelakan" yang lebih dalam. Meskipun banyak di luar sana yang lebih dalam lagi kisahnya, tapi karena aku mendengarnya langsung jadi aku yakin temanku ini adalah sosok yang sangat kuat dan sehat jiwanya.

Lantas bagaimana dengan kita yang berjuang untuk memenangkan hati orang yang kita damba, malah dia memilih bersama orang lain? Pasti kita akan merasa kecewa, dan itu sangat manusiawi. Tapi bila berlarut-larut, kembalikan kepada Tuhan. Lagi-lagi Tuhan yang akan membimbingmu. Dekatkan diri kepadaNya, baktikan amalmu, dan akan terbuka jalan yang lebih baik. Temanku itu tadi pun berkata, Tuhan itu memiliki 2 jawaban: dekatkan dirimu kepaKu dan Aku akan mengirimkan dia untukmu, atau, bukan dia yang terbaik untukmu karena ada wanita lain yang lebih sering menyebut namamu dalam doanya.

Apapun itu, sekeras apapun usaha kalian, yakini saja bila suatu saat kalian harus merelakan apapun itu bentuknya, ikhlaskan saja. Bertawakkal, sapalah Tuhanmu dan ajaklah Dia biacara. Toh kita mendekatkan diri kepadaNya bukan hanya minta jodoh. Ada hal yang lebih besar dari itu semua: maut. Sudahkah kalian siap menemui kerelaan yang paling dalam di kehidupan ini? Maut adalah final destinantion, tidak ada yang bisa berkehendak bila sudah dijemput maut, kita bisa apa?

Jagalah baik-baik apa yang kalian punya, entah sahabat, kekasih, orang tua, keluarga, semuanya. Jagalah layaknya kalian menjaga diri kalian sendiri. Dan selalu percaya kepada kuasa Tuhanmu.

“Mereka berkata kepadaku, “Kamu harus memilih antara kesenangan di dunia ini dan kedamaian di akhirat nanti. Karena aku tahu dalam hatiku bahwa Sang Pujangga Agung hanya menggubah satu puisi, yang ditulis dengan sempurna dan mengalun dengan sempurna” - Kahlil Gibran

Selasa, 22 September 2015

THE WAY I HAVE TO STOP FALL IN LOVE (SO MUCH) WITH YOU

Siang ini rasanya berbeda dengan siang-siang seperti biasanya. Ada sesuatu yang tak biasa, yang aku rasakan. Soal hati, tentang apa yang aku perjuangkan selama beberapa bulan ini. Tentang semua yang sudah aku lakukan dan yang belum sempat aku lakukan. Kenapa selalu masalah hati? Iya, sejujurnya aku sudah tak terlalu serius menunggu hasil dari usahaku selama ini. Ada banyak hal yang akhirnya mengurangi perasaan itu secara perlahan. Bahkan aku pun lupa, bahwa aku juga butuh jawaban atas apa yang sudah aku nanti selama ini. Tapi bukan dia yang menjawab, waktu juga yang akhirnya memberi jawaban kepadaku.

-----

Hape berwarna hitam oranye itu masih tergeletak di kasurku yang usang. Dengan headset yang masih nempel di bagian atasnya, aku perlahan memilih lagu-lagu yang ada di situ. Sebuah lagu milik Alter Bridge yang berjudul In Loving Memory berhasil membuatku melamun. Sangat dalam yang aku rasakan ketika aku memutar lagu itu. Imajiku tertuju padanya, bayang-bayang wajahnya pun lebat melintas di ujung kepalaku.

I'm glad he sets you free from sorrow
I still love you more tomorrow
And you still with me here

Sepenggal bait itu menggema di ruang kosong kepalaku yang sudah tak mampu berpikir dengan logis. Semua yang masuk akal terlihat tak masuk akal, dan sebaliknya. Aku jadi teringat sosok manis itu, yang berhasil membuatku berubah dari yang sangat "rusak" menjadi "sedikit tertata". Ku putar kembali ingatanku, apa yang sudah aku lakukan selama beberapa bulan ini. Dia datang dengan tiba-tiba dan membuatku nyaman dengan semuanya. Hingga akhirnya aku jatuh hati, berlanjut dengan perasaan yang dalam dan aku dibuat bingung oleh perasaan itu sendiri. Beribadah malam menjadi satu-satunya sarana untuk menenangkan semua resahku. Aku bermunajat dan terus meminta ketenangan.
Dan ketika aku sudah berniat baik ingin berbahagia tanpa ada hal yang macam-macam, lagi-lagi Tuhan belum mengijinkan. Apa yang aku rasa baik untukku, ternyata bukan yang terbaik menurut Tuhan. Kenapa setelah aku bertemu dengan sosok yang benar-benar bisa membuatku luluh seperti ini, Tuhan belum mengijinkan? Kenapa harus orang lain yang dia panggil "sayang"? Bukan aku? Aku merenung lebih dalam, apa yang sebenarnya Tuhan siapkan untuk aku. Apakah ini semacam ujian? Apakah Tuhan menegurku?

Mungkin aku tak perlu alasan kenapa aku harus jatuh hati padamu. Satu-satunya alasan, bila itu pun ada, tidak lain adalah sosokmu yang baik dan terjaga. Tapi sejujurnya aku merasa belum siap mengenal orang yang baru. Aku harus mulai mengenal orang yang baru lagi, mulai percaya lagi, mulai dari awal lagi. Kata orang, cinta yang paling hebat adalah merelakan orang yang paling kita cintai bahagia bersama orang lain. Apakah ini cara Tuhan mendidikku agar lebih hebat? Lebih memilih sayang diri sendiri dan keluarga daripada harus berlama-lama menunggu usaha yang berakhir dengan jalan seperti ini? Aku percaya, selalu ada hasil yang baik dibalik usaha yang baik pula. Karena usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. Sesia-sia apapun itu, setidaknya ada hal positif yang terselip di dalamnya.

Jika ada yang bertanya apakah aku harus melupakanmu? Tidak, kamu sudah punya tempat tersendiri dengan cerita yang tersendiri pula. Kamu hanya akan jadi hiasan, entah akan usang atau tidak, tempatmu hanya akan berhenti di situ. Sedikit sesal pula aku terlalu mengumbar perasaan dan memberi satu-satunya lagu yang menjadi kesukaan almarhumah Mamaku :) Tapi mau bagaimana lagi, sesal tetaplah sesal, selalu jatuh di belakang. Kini aku hanya mencoba ikhlas dengan apa yang sudah diberikan Tuhan kepadaku. Aku anggap semua ini teguran dari Tuhan, karena sudah terlalu lama berpaling dariNya dan mendekat di saat aku butuh. Entah Tuhan mau mempertemukan aku dengan perempuan yang seperti apa, semoga pilihan Tuhan memang pilihan yang terbaik.

Terima kasih sudah membuatku mengenal arti sebuah usaha :) Terima kasih sudah mengenalkan sayang yang sedemikian hebatnya, semoga kau bahagia bersamanya dan aku selalu berbahagia dengan hidupku :)

Sebenernya file Vegas Pro ini rencananya akan aku buat sebagai hadiah ulang tahunnnya. Namun demi kebaikan bersama, lebih baik aku hapus saja dan juga foto-fotonya. File ini berisi filmstrip + animasi foto-foto dari awal kita bertemu di tanggal 11 Juli 2015 sampai dengan hari ini.

Jumat, 11 September 2015

MITOS SEJARAH, PEMBODOHAN ATAU KETIDAKBERANIAN KITA?

Selamat siang menjelang sore gaess, nah ane balik lagi nih setelah tapa brata selama beberapa jam hahaha :D Nah Jumat sore gini enaknya nulis apa ya? Ane lagi males mosting hal-hal tentang cinta nih, jadi ane bagi ilmu aja kali ya biar ilmu ane barokah dan bermanfaat. Kan ntar kita simbiosisan, kalian yang baca dapet ilmu, ane yang nulis dapet pahala, syukur2 buat nglapangin jalan ane nempuh S2 di UGM hahaha :D

Nah kesempatan kali ini ane mau ngelunasin hutang ane beberapa bulan yang lalu mengenai mitos sejarah. Bukan pengertian mitos yang dongeng-dongeng dan cerita para dewa itu loh ya, tapi mitos sejarah itu adalah peristiwa sejarah ataupun sesuatu yang berhubungan dengan masa lampau tapi belum terbukti kebenerannya. Kalian paham, Dek? Begini, ane batesin aja batas temporalnya ketika Meneer Belanda dibawah pimpinan de Houtman pertama kali mampir di Batavia. Tahun 1596 itu gaess, jadi ga sampe bahas dewa-dewa mitologi dan kawan-kawannya.

Bagi ane, dan semua yang belajar mendalami ilmu sejarah, mitos itu memiliki kedudukan yang penting gaess. Gimana tidak, kita bisa akan tetep mengetahui suatu hal itu ternyata salah kalo cuman bekal modal percaya mitos yang ga penting, apalagi yang diembusin sama meneer-meneer Walanda dulu.

Ambil contoh aja nih yee, mitos sejarah yang paling sering jadi salah kaprah adalah seberapa lama sih Indonesia dijajah Belanda? Nah tuh, Adek-Adek yang cakep dan manis, kira-kira Adek mau jawab apa? Kalo jawab selama Abang bisa mencintai Adek, mending Adek nyebur gih ke Kali Brantas :v
Hal tersebut uda jadi info yang simpang siur sampe sekarang. Nah menurut meneer Walanda waktu itu, kita uda dijajah selama 350 tahun! Hah? Sejak tahun berapa itu meneer???
Denger-denger juga sih ya, Pak Karno sebagai preiden pertama kita juga dengan entengnya bilang "Indonesia dijajah selama 350 tahun!" Nah Lantas mana yang harus dipercaya? Bikin Adek bimbang kan? Sama Abang juga bimbang :v

Pada kenyataannya nih ya, kalo diitung-itung Belanda ga selama itu menjajah Indonesia kita tercinta. Mari kita preteli satu per satu sejarahnya. Belanda pertama kali dateng ke Nusantara tercinta ini pada tahun 1596 di bawah pimpinan Cornelis de Houtman. Pada awalnya de Houtman and the gang ini gak ada niat menjajah Nusantara. Yaiyalah, mereka cuma berapa biji, bisa dihajar pasukan Bantam di bawah komando sultan mereka yaitu Sultan Abdul Mufakir Mahmud Abdulkadir. Para Walanda ini cuma dagang dan ngumpulin komoditas yang menjadi primadona di benua biru sono. Yup, kita mengenalnya sebagai rempah-rempah, terdiri atas cengkeh, pala, dan kawan-kawannya. Nah berhubung gengnya de Houtman ini perilakunya ga sopan maka dia ditendang juga deh sama pasukan Bantam dibantu dengan segerombol manusia Portugis yang lebih dulu ada di sana.

Meneer de Houtman, meneer Walondo pertama yang menjejakkan kakinya di Jawadwipa

Nah de Houtman ini akhirnya bisa pulang juga ke Belanda dan memberitakan bahwa mereka nemu tanah di seberang Hindia yang kaya rempah-rempah. Sejak saat itu para pelaut Belanda berbondong-bondong ke Nusantara, mulai dari van Heemserck, Jacob van Neck, dan lainnya..dan lainnya. Nah mereka lambat laun banyak menetap di Jawa, sehingga menimbulkan persaingan di antara meneer-meneer itu sendiri. Maka didirikanlah kongsi dagang yang disebut VOC tahun 1602. Kepanjangannya susah dibaca, so kita sebut saja Kompeni gaess. Adek pasti sering kan denger kata Kompeni?

Kompeni ini kemudian mendapat semacam hak istimewa dari ratu Walondo, beberapa di antaranya antara lain diperbolehkan memonopoli perdagangan, mendirikan benteng dan membentuk pasukan, serta membuat mata uang sendiri. Gilaaaaa, istimewa banget tuh. Singkat cerita nih gaess, mereka kemudian mulai memonopoli perdagangan rempah sama perang sana sini menegakkan hegemoni dan bikin banyak perjanjian dengan raja-raja Jawa.
Bang, Adek ga ngerti arti kata hegemoni? Apa ya, hegemoni itu semacam penegasan kalo Walondo itu nguasain suatu daerah. Macam Abang yang menghegemoni hati dan perasaan Adek :p

Skip skip skip, ternyata Kompeni ini korup pake banget! So, Kompeni akhirnya dibubarin tahun 1799 dan aset-asetnya diambil alih Kerajaan Walondo. Sempat dikalahin oleh serangan Inggris tahun 1811-1816, Belanda nguasain sebagian wilayah Nusantara lagi. Ingat lho ya, cuma sebagian bukan semuanya. Nah dari situ akhirnya keterusan sampe tahuin 1942 ketika Jepang dateng ke sini.

Dari sedikit cerita di atas, di sisi mananya Belanda itu menjajah Indonesia selama 350 tahun? Kok ya generasi sekarang percaya-percaya aja tuh negara kita dijajah sampe segitu lamanya. Pada masa Kompeni, mereka ga bisa nguasain seluruh Indonesia. Aceh dan beberapa pedalaman Sumatera, Nusa Tenggara, dan Indonesia bagian timur baru bisa mereka kuasain di akhir abad 19-awal abad 20. Itu aja Kompeni bukan Belanda gaess. Adek yang cantik, tolong jangan disamain Kompeni sama Belanda. Mereka sama-sama meneer, tapi faktanya Kompeni cuma kongsi dagang kok dek..

Sekarang nih ya, kalo diitung-itung sejak berdirinya Kompeni tahun 1602 ditambah 350 tahun masa penjajahan, berarti kita baru merdeka tahun 1952 loh. Padahal tahun segitu Indonesia sudah punya pemerintahan dibawah kabinet Mbah Sukiman Wirjosandjojo. Itu mitos sejarah yang kelewat salah, kok ya masih diterusin diajarkan dan tetep ditanemin di benak anak-anak kita. Termasuk ane yang ngerasain kesalahan fakta sejarah ini di bangku SD. Sekarang ane memperdalam ilmu sejarah, dan fakta-fakta yang ada menunjukkan kalo Belanda tidak selama itu menjajah Indonesia. So buat temen-temen sejarawan, marilah kita sadarkan warga Indonesia yang lain bahwa sejarah itu salah. Kalo sejarah itu tak perlu diluruskan karena akan meluruskan dirinya sendiri, maka tugas kita yang menjadi agen "pelurusan sejarah". Kalian boleh cuek sama sejarah bangsa kalian, tapi seenggaknya jangan terbodohkan dengan sejarah yang ga bener macam gini.

Oke kita lupakan dongeng meneer-meneer Walondo di atas, kita masuk case yang kedua. Kasus ini juga ga kalah menariknya untuk dibahas. Kasus kali ini adalah berapa sih jumlah presiden Indonesia sebenernya? Apa cuma 7 seperti yang umumnya dipahami hampir semua rakyat Indonesia? Atau 9 orang bila dilihat dari sisi historisnya? Mari kita kupas mangganya, eh masalahnya hahaha :v

Gambar presiden Indonesia, minus Pak Joko Widodo :p

Kita tahu bahwa Pak Karno dan Bung Hatta merupakan proklamator yang sangat dihormati semua rakyat Indonesia. Emang peran mereka sebagai the founding fahers of Indonesia tidak akan pernah habis untuk diceritakan dan patut dihargai setinggi-tingginya. Namun perjalanan Indonesia muda di awal-awal kemerdekaannya sempat mengalami gonjang-ganjing. Secara gaess, negara muda dengan segudang tokoh nasional yang secara individu maupun kelompok juga ingin memimpin Indonesia, mereka rebutan buat naik ke kursi RI-1 maupun RI-2. Terlebih lagi keinginan meneer-meneer Walondo yang ingin menjajah Indonesia lagi.

Pasti Adek tahu Agresi Militer Belanda yang ke-2 kan? Itu ada kaitannya dengan mitos jumlah presiden Indonesia Dek.. Singkatnya, pada waktu terjadinya agresi, Pak Karno sama Pak Hatta ini diculik meneer Walondo dan ditahan. Ada juga Sutan Sjahrir yang juga ikutan ditahan. Nah mereka ini ngasih mandat buat bikin pemerintahan darurat ke Sjafruddin Prawiranegara. Kalo ga di Sumatera ya pemerintahan pengasingan di India sono. Akhirnya Sjafruddin and the gang mendirikan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Bukittinggi. PDRI ini berlangsung antara tanggal 22 Desember 1948 - 13 Juli 1949.

Presiden Tak Dianggap 1, Sjafruddin Prawiranegara


Nah presiden tak dianggap yang satunya adalah Mr. Assaat yang menjadi presiden Republik Indonesia Serikat. Sebenernya ane sendiri agak bingung karena jabatan presiden yang tumpang tindih. Republik Indonesia waktu itu merupakan negara bagian dari Republik Indonesia Serikat. Ini terjadi antara 27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950. Jadi yang diakuin sebagai presiden waktu itu ya Mr. Assaat itu, bukan Pak Karno. Kalo ini ane sedikit bingung Dek hehehe -__-

Presiden Tak Dianggap 2, Assaat Datuk Mudo a.k.a Mr. Assaat
Baik Sjafruddin maupun Mr. Assaat memiliki peran besar bagi keberlangsungan negeara kita tercinta ini gaess. Sjafruddin menggantikan Pak Karno sebagai kepala pemerintahan sewaktu Agresi Militer ke-2. Kalo ga ada Sjafruddin, pastilah kita balik ke masa-masa penjajahan lagi. Mr. Assaat ini juga memiliki peran secara de facto dan de jure sebagai kepala pemerintahan RIS. Cukup strategis buat pengakuan kedaulatan negara kita di mata dunia.

Khusus Mr. Assaat nih Dek, Abang nukilkan sedikit otokritik dari Prof. Bambang Purwanto sewaktu pidato pengukuhan guru besar ilmu sejarah di UGM beberapa tahun silam. UGM itu peresmiannya ditandatangani sama Mr. Assaat, bukan Pak Karno. Menghilangkan Mr. Assaat dari sejarah Indonesia sama saja menghilangkan sejarah UGM.

Nah mereka berdua sudah selayaknya ditempatkan di tempat yang semestinya sesuai dengan peran mereka. Mereka sah-sah saja bila diakui sebagai presiden ke-2 dan ke-3 republik ini. Tapi mirisnya, tanya sama generasi sekarang. Kenal ga sama Sjafruddin Prawiranegara? Mr. Assaat? Sebagian besar pasti jawab ga tau ataupun jawaban mereka ngawur -_- Belajar sejarah itu penting, hidup kalian sendiri aja ada sejarahnya masa' kalian ga mau mempelajarin ilmunya?

Semoga dengan ane bikin postingan ini, semakin banyak pembaca di luar sono yang melek sejarah dan sadar bahwa sejarah yang mereka ketahui tidak semuanya selalu benar. Kadang harus dibenarkan biar tidak terjadi penyimpangan sejarah yang semakin lama dan parah. Sudah saatnya sejarawan, ane juga, mulai memberi edukasi sejarah yang inspiratif bagi generasi kita yang sudah sangat kelewat jauh apatisnya sama sejarah mereka sendiri

Semoga postingan kali ini mambawa manfaat gaess, don't stop to read, jangan lupa selalu tersenyum dan selalu bersyukur atas hidup kalian... See you again, Fellas! :)