Nah gaess, kali ini ane akan memberikan sedikit tinjauan ane pribadi nih mengenai sebuah peristiwa yang (menurut ane) paling terkenal dalam sejarah perjalanan Indonesia. Peristiwa penculikan beberapa jenderal Angkatan Darat yang kemudian oleh beberapa pihak disebut sebagai Pemberontakan G 30 S/PKI. Dari sebutannya aja uda mengandung ribuan pertanyaan. Apakah memang sepenuhnya dilakukan PKI? Apakah memang pantas disebut sebagai sebuah pemberontakan? Apa penyebabnya? Mengapa?
Kalo mau bicara tentang G 30 S ini, maka kalian harus paham dengan konflik internal Angkatan Darat, konflik Soekarno dengan Soeharto, keinginan PKI untuk menjadi partai penguasa, intervensi luar negeri terhadap politik Indonesia, dan mungkin masih banyak lagi yang harus dipelajari. Tapi karena ane berbaik hati (ciiiiyeeee) maka ane akan paparkan sedikit keruwetan seputar G 30 S.
So, pertama ane akan bicara mengenai PKI itu sendiri. Orang Indonesia kalo denger kata PKI pasti ingetnya ya G 30 S. Kenapa bisa begitu? Karena rezim Orde Baru menanamkan pemahaman kepada masyarakat pada waktu itu bahwa PKI dan komunisme adalah sesuatu yang "diharamkan" hidup di Indonesia. Memori kolektif itu yang akhirnya masih terbawa hingga kini. Terlepas dari itu kita ga boleh melupakan fakta bahwa PKI emang partai gede loh di Indonesia. Yaaa, meskipun beberapa kali melakukan aksi yang keras dan separatis namun tetep harus kita akuin bahwa PKI adalah partai gede. PKI sanggup jadi pemenang ke-4 dalam Pemilu 1955, itu uda jadi pegangan kalo PKI bukan partai gurem. Benih-benih dari kemunculan PKI ini berasal dari organisasi bentukan seorang meener bernama Sneevliet yang membentuk ISDV yang notabene organisasi para buruh pelabuhan, Nah dari situ lah doi nyebarin paham-paham marxisme di kalangan buruh.
Menariknya banyak dari anggota organisasi Sarekat Islam juga tertarik dengan organisasi ini. Salah satunya adalah Semaun yang kelak jadi dedengkotnya PKI. Doi ini ga setuju sama cara pandang HOS Tjokroaminoto yang ngelarang anggota SI ikut organisasi lain, terlebih yang punya aliran komunis. Akhirnya Semaun minggir dan misahin diri, membentuk sebuah kelompok sendiri yang biasa dikenal dengan SI Merah. Nah terus tahun berapa ya ane lupa, oh iya tahuin 1924 akhirnya ISDV ini ganti nama jadi Partai Komunis Indonesia ato nama bekennya PKI. G atu nih Semaun dkk ngadain syukuran apa enggak waktu ganti nama hahaha :v
Nah lanjut tahun 1926, PKI ini bikin gerakan separatis di bawah pimpinan orang-orang eksentrik macem Alimin, Darsono, Semaun, dan tak ketinggalan Musso. Mereka ngumumin pembentukan republik tapi gerakan mereka gagal dan para pemimpinnya ngibrit entah kemana. Ada yang ke Sovyet macem Musso, ada yang dibuang ke Boven Digoel sono, macem-macem dah. Sebenernya gerakan itu ga disetujuin sama Tan Malaka, namun pendapatnya ga digubris sama orang-orang ekstremis itu, dan ya akhirnya berujung dengan kegagalan. Entah waktu itu mereka kenal istilah galau ato belum :D Beberapa tahun akhirnya PKI vakum deh dari hingar bingar dunia persilatan di Indonesia huahahaha. Musso pulang kampung tahun 1935 tapi doi bergerak underground. Doi pengen menata PKI sampe akhirnya nanti siap buat tampil lagi di kancah politik Indonesia.
|
Alimin |
|
Darsono |
|
Muso |
|
Semaun |
Skip Skip Skip..
Nah ketika Indonesia merdeka banyak banget partai yang bermunculan. Tak ketinggalan PKI akhirnya ikut muncul lagi. Atmosfer revolusi pada waktu itu turut mempengaruhi suasana perpolitikan di Indonesia muda. Eh ternyata PKI ini bikin ulah lagi. Mereka ini yang ga bisa belajar dari sejarahnya, akan terulang lagi dalam kesalahan yang sama. Tahun 1948 PKI bikin gerakan separatis di Madiun yang punya nama beken Madiun Affair. Gerakan kali ini dipimpin oleh Musso sendiri. Dan akhirnya? Kandas di tangan prajurit-prajurit TNI. Gerakan ini didukung oleh perdana menteri waktu itu, Amir Sjarifuddin. Akhirnya doi sama Musso dieksekusi bersama pentolan-pentolan gerakan ini. Tapi pembersihan unsur-unsur gerakan ini ga sampe tuntas karena beberapa bulan kemudian Walondo nglancarin Agresi Militer II. So, semua kekuatan difokuskan buat perang lawan Walondo.
Akhirnya kesempatan itu digunain oleh para tokoh muda PKI, macam DN Aidit, Njoto, Pono, dan Sjam buat membesarkan PKI. Hasilnya? PKI menjadi pemenang ke-4 nasional dalam Pemilu 1955. Sebuah pencapaian besar dan fantastis kalo ane pribadi. Pembinaan kadernya sampe ke akar rumput, oragnisasinya manteb banget, dan membina kedekatan dengan Presiden juga militer terutama Angkatan Darat. Nah itu tuh yang bikin para petinggi ABRI ada yang kurang seneng dengan kedekatan PKI dan militer juga Pak Karno. Kan Pak Karno punya konsepsi politik sendiri, nasakom. Nasionalis, Agama, Komunis, pengennya jalan berdampingan. Tapi namanya juga politik ya, biar kata kawan lawan kalo punya kepentingan ya sikaaaaatttt. Akhirnya kedekatan PKI dan Presiden serta militer inilah yang membuat mereka sedikit "keblinger" kalo kata Pak Karno. Tanggal 30 September - 1 Oktober 1965, terjadilah peristiwa itu. A. Yani, Pandjaitan, Soetoyo, Soeprapto, S. Parman, MT. Haryono, Pierre Tendean, KS. Tubun, Katamso, dan Sugiyono menjadi korban pembunuhan yang dilakukan oleh pasukan elit kawal presiden, Tjakrabirawa. Untung, Doel Arief, Boengkoes, Mukijan, Raswad, dan pasukan Tjakrabirawa yang lainnya ditugaskan untuk menculik para jenderal dan ada yang langsung dor on the spot. Sebagian lagi ada yang dibawa ke Lubang Buaya dan dihabisi di sana.
|
DN Aidit |
|
Sjam |
|
Njoto |
Tanggal 3 Oktober 1965, jenazah mereka ditemukan di sebuah sumur tua di Lubang Buaya. Proses evakuasi jenazah dipimpin langsung sama Soeharto. Setelah itu Soeharto tanpa pikir panjang ngomong kalo itu perbuatan PKI. Media langsung merespon dan membesarkan berita ini. Kemudian 11 Maret 1966, Supersemar turun dan pembersihan terhadap PKI pun dilakukan. Pembersihan terhadap anggota partai maupun simpatisan PKI menewaskan antara 500.000 - 3 juta orang. Gilaaa, pembantaian sebesar itu? Tentunya hal ini jadi sebuah noda dalam sejarah Indonesia yang mau ga mau harus kita terima.
|
Pahlawan Revolusi |
Tinjauan dan Otokritik
Oke nih ya, sekarang sampe pada pembahasan masalah yang segitu ruwetnya. Konflik PKI itu bukan sekedar konflik politik doang, Banyak latar belakang yang mendasari kenapa gerakan itu bisa terjadi. Yang pertama itu adalah dari internal PKI sendiri. Keinginan kuat mereka buat jadi partai penguasa akhirnya bikin mereka keblinger. Karena saking terobsesinya nih ya, mereka dengan mudah "dikompor-komporin". Seperti waktu Pak Karno sakit, nah DN Aidit kawatir gimana kalo Pak Karno meninggal? Siapa yang bakalan nggantiin Pak Karno jadi presiden? DN Aidit kawatir militer yang bakalan ngganttin Pak Karno. Terlebih lagi ada isu Dokumen Gilchrist yang bilang bakalan ada kudeta yang didalangin sama Dewan Jenderal. Nah Aidit makin ga karuan gupuhnya, pengen segera men-take over pemerintahan waktu itu.
|
Eks Letkol Untung |
Mereka akhirnya rapat dan sepakat bikin gerakan penculikan itu. Komandannya ya Letkol Untung itu. Doi malah laporan ke Pak Harto dan apa jawabannya? Sikat habis! Pak Harto merestui gerakan itu. Malah pas sewaktu pulang dari RSPAD Pak Harto ketemu sama pasukan tak dikenal tapi doi malah diem aja dan ngibrit ke rumah terus ngorok. Pak Harto ini emang pinter, ternyata dia memanfaatkan keadaan ini biar doi dianggep pahlawan. Untung kan uda kenal Pak Harto sejak masa revolusi, malah Pak Harto ini jadi komandannya. Hubungan mereka uda terjalin rekat, so mereka sudah tahu sama tahu kalo bakal ada gerakan macam ini. Usut punya usut, Pak Harto punya dendam pribadi sama anggota "Dewan Jenderal" ini. Dendam masa lalu sewaktu Pak Harto masih di Kodam Diponegoro dan terlibat kasus penggelapan. Doi kan ditempeleng sama A. Yani dan direkomen pecat sama Nasution. Tapi Pak Karno berbaik hati dan narik Pak Harto ke Seskoad. Dendam ini yang akhirnya bikin Pak Harto ngrancang kudeta merangkak. Sekali pukul, PKI habis dan Pak Karno tumbang.
Tapi ada juga intervensi dari luar negeri. Amerika ga suka kedekatan Pak Karno dengan PKI, makanya CIA diutus buat ngedisain grand masterplan buat ngebantuin Pak Harto ngelengserin Pak Karno. Cuman ane kurang paham aja gimana hubungan mereka sebenernya. Yang jelas Pak Harto punya gawe, PKI punya gawe dan CIA juga punya gawe. Tujuannya sama sih, pengen jadi penguasa. Tapi jalannya yang berbeda-beda dan kepentingannya juga beda. Siapa yang pantes disalahin?
Pemerintah Orba punya andil besar dalam menanamkan memori kolektif kepada masyarakat Indonesia. Kemunculan film G 30 S/PKI dan penerbitan "buku putih" Pemberontakan G 30 S/PKI menjadi senjata ampuh Pak Harto yang sangat jitu buat nanemin pemahaman kalo PKI itu "haram". Padahal nih ya kalo dipikir-dipikir, para petinggi ada yang ga tau tentang gerakan ini. Aidit malah lagi di Sumatera watu peristiwa penculikan ini. Yang tau persis peristiwa ini ya Sjam Kamaruzzaman. Doi ini anggota Biro Khusus PKI yang tugasnya membina hubungan dengan militer. Rencana ini ga sejalan sama apa yang uda dibicarain sama Aidit. Terus militer? Mereka juga punya andil kan? Mereka terinfiltrasi oleh pengaruh PKI, dan tidak seharusnya militer ikut campur dengan urusan partai politik. Yaaaa mungkin waktu itu belum ada peraturan yang membatasi peran militer di dunia politik. Lalu internasional? Peran Amerika? Mereka khawatir kalo PKI menduduki pemerintahan maka kepentingan-kepentingan global Amerika tidak akan masuk ke Indonesia. So, mereka membantu Pak Harto mendisain kudeta merangkak.
Haruskah gerakan itu masih disebut pemberontakan? Apa yang harus diberontak? Menurut ane G 30 S hanyalah sebuah gerakan politik yang ga ada maksud buat memberontak. Para tersangkanya hanya keblinger akan tahta kekuasaan, mereka berebut simpati Pak Karno, dan dilawan sama mereka yang ga suka sama PKI. Tapi ada aktor intelektual yang bisa memanfaatkan keadaan ini. Yup, dia adalah Pak Harto. Kalo kudeta mungkin bisa dibenarkan, mengingat para pelakunya mendemisionerkan kabinet dan pemerintahan. Tapi nyatanya gerakan itu hanya terjadi di Jakarta. Di daerah-daerah yang lain? Masih adem anyem, mereka ga tahu apa-apa. Sekali lagi PKI tidak belajar dari sejarah mereka sendiri. Mereka kalah oleh perbuatan terburu-buru mereka. Harusnya kalopun PKI pengen jadi partai penguasa, ya slowly aja lah. Bukan berarti ane mendukung PKI, bukan! Maksudnya masih banyak jalan yang bisa ditempuh buat merealisasikan kepentingan mereka.
Lantas setelah masa reformasi, masihkah kita tetap menganggap bahwa topik PKI dan komunisme itu tabu? Ane rasa kebebasan sudah sangat luas, jadi kita tak perlu takut membuka sejarah yang belum terungkap. Toh PKI ini masih menyimpan mitos sejarah yang banyak orang ga tau tentang itu. Mungkin cukup lah disebut sebagai G 30 S tanpa embel-embel PKI, karena faktanya bukan hanya PKI yang terlibat tapi juga militer. Sadar sejarah yang baik ya berani membuka fakta yang masih tertutup. John Roosa, Ben Anderson, dan peneliti lainnya yang tertarik dengan PKI dan sebangsanya sangat sangat menyumbang banyak tentang perjalanan PKI. Sudah saatnya juga pemerintah melepaskan stigma negatif tentang orang-orang yang pernah terlibat dalam peristiwa itu. Mana keberanian kita dalam mengungkap kebenaran? Sudah seharusnya kita yang paham sejarah menjelaskan sebenar-benarnya kepada khalayak umum. Oke cukup sekian dulu, ane capek nih hahahaha.. Ntar ane tambahin lagi kalo punya ide lagi, see you gaess :)
ben Anderson akhirnya mengakui kesalahannya, semula dia berpendapat g30s adlh konflik internal Tni AD, ternyata setelah beberapa tahun kemudian byk bukti klo PKI terlibat
BalasHapusga bisa dipungkiri emang,kalo PKI juga terlibat tp entah apa yang bikin PKI keblinger sampe akhirnya ada komando culik para jenderal
Hapus