Jumat, 11 September 2015

MITOS SEJARAH, PEMBODOHAN ATAU KETIDAKBERANIAN KITA?

Selamat siang menjelang sore gaess, nah ane balik lagi nih setelah tapa brata selama beberapa jam hahaha :D Nah Jumat sore gini enaknya nulis apa ya? Ane lagi males mosting hal-hal tentang cinta nih, jadi ane bagi ilmu aja kali ya biar ilmu ane barokah dan bermanfaat. Kan ntar kita simbiosisan, kalian yang baca dapet ilmu, ane yang nulis dapet pahala, syukur2 buat nglapangin jalan ane nempuh S2 di UGM hahaha :D

Nah kesempatan kali ini ane mau ngelunasin hutang ane beberapa bulan yang lalu mengenai mitos sejarah. Bukan pengertian mitos yang dongeng-dongeng dan cerita para dewa itu loh ya, tapi mitos sejarah itu adalah peristiwa sejarah ataupun sesuatu yang berhubungan dengan masa lampau tapi belum terbukti kebenerannya. Kalian paham, Dek? Begini, ane batesin aja batas temporalnya ketika Meneer Belanda dibawah pimpinan de Houtman pertama kali mampir di Batavia. Tahun 1596 itu gaess, jadi ga sampe bahas dewa-dewa mitologi dan kawan-kawannya.

Bagi ane, dan semua yang belajar mendalami ilmu sejarah, mitos itu memiliki kedudukan yang penting gaess. Gimana tidak, kita bisa akan tetep mengetahui suatu hal itu ternyata salah kalo cuman bekal modal percaya mitos yang ga penting, apalagi yang diembusin sama meneer-meneer Walanda dulu.

Ambil contoh aja nih yee, mitos sejarah yang paling sering jadi salah kaprah adalah seberapa lama sih Indonesia dijajah Belanda? Nah tuh, Adek-Adek yang cakep dan manis, kira-kira Adek mau jawab apa? Kalo jawab selama Abang bisa mencintai Adek, mending Adek nyebur gih ke Kali Brantas :v
Hal tersebut uda jadi info yang simpang siur sampe sekarang. Nah menurut meneer Walanda waktu itu, kita uda dijajah selama 350 tahun! Hah? Sejak tahun berapa itu meneer???
Denger-denger juga sih ya, Pak Karno sebagai preiden pertama kita juga dengan entengnya bilang "Indonesia dijajah selama 350 tahun!" Nah Lantas mana yang harus dipercaya? Bikin Adek bimbang kan? Sama Abang juga bimbang :v

Pada kenyataannya nih ya, kalo diitung-itung Belanda ga selama itu menjajah Indonesia kita tercinta. Mari kita preteli satu per satu sejarahnya. Belanda pertama kali dateng ke Nusantara tercinta ini pada tahun 1596 di bawah pimpinan Cornelis de Houtman. Pada awalnya de Houtman and the gang ini gak ada niat menjajah Nusantara. Yaiyalah, mereka cuma berapa biji, bisa dihajar pasukan Bantam di bawah komando sultan mereka yaitu Sultan Abdul Mufakir Mahmud Abdulkadir. Para Walanda ini cuma dagang dan ngumpulin komoditas yang menjadi primadona di benua biru sono. Yup, kita mengenalnya sebagai rempah-rempah, terdiri atas cengkeh, pala, dan kawan-kawannya. Nah berhubung gengnya de Houtman ini perilakunya ga sopan maka dia ditendang juga deh sama pasukan Bantam dibantu dengan segerombol manusia Portugis yang lebih dulu ada di sana.

Meneer de Houtman, meneer Walondo pertama yang menjejakkan kakinya di Jawadwipa

Nah de Houtman ini akhirnya bisa pulang juga ke Belanda dan memberitakan bahwa mereka nemu tanah di seberang Hindia yang kaya rempah-rempah. Sejak saat itu para pelaut Belanda berbondong-bondong ke Nusantara, mulai dari van Heemserck, Jacob van Neck, dan lainnya..dan lainnya. Nah mereka lambat laun banyak menetap di Jawa, sehingga menimbulkan persaingan di antara meneer-meneer itu sendiri. Maka didirikanlah kongsi dagang yang disebut VOC tahun 1602. Kepanjangannya susah dibaca, so kita sebut saja Kompeni gaess. Adek pasti sering kan denger kata Kompeni?

Kompeni ini kemudian mendapat semacam hak istimewa dari ratu Walondo, beberapa di antaranya antara lain diperbolehkan memonopoli perdagangan, mendirikan benteng dan membentuk pasukan, serta membuat mata uang sendiri. Gilaaaaa, istimewa banget tuh. Singkat cerita nih gaess, mereka kemudian mulai memonopoli perdagangan rempah sama perang sana sini menegakkan hegemoni dan bikin banyak perjanjian dengan raja-raja Jawa.
Bang, Adek ga ngerti arti kata hegemoni? Apa ya, hegemoni itu semacam penegasan kalo Walondo itu nguasain suatu daerah. Macam Abang yang menghegemoni hati dan perasaan Adek :p

Skip skip skip, ternyata Kompeni ini korup pake banget! So, Kompeni akhirnya dibubarin tahun 1799 dan aset-asetnya diambil alih Kerajaan Walondo. Sempat dikalahin oleh serangan Inggris tahun 1811-1816, Belanda nguasain sebagian wilayah Nusantara lagi. Ingat lho ya, cuma sebagian bukan semuanya. Nah dari situ akhirnya keterusan sampe tahuin 1942 ketika Jepang dateng ke sini.

Dari sedikit cerita di atas, di sisi mananya Belanda itu menjajah Indonesia selama 350 tahun? Kok ya generasi sekarang percaya-percaya aja tuh negara kita dijajah sampe segitu lamanya. Pada masa Kompeni, mereka ga bisa nguasain seluruh Indonesia. Aceh dan beberapa pedalaman Sumatera, Nusa Tenggara, dan Indonesia bagian timur baru bisa mereka kuasain di akhir abad 19-awal abad 20. Itu aja Kompeni bukan Belanda gaess. Adek yang cantik, tolong jangan disamain Kompeni sama Belanda. Mereka sama-sama meneer, tapi faktanya Kompeni cuma kongsi dagang kok dek..

Sekarang nih ya, kalo diitung-itung sejak berdirinya Kompeni tahun 1602 ditambah 350 tahun masa penjajahan, berarti kita baru merdeka tahun 1952 loh. Padahal tahun segitu Indonesia sudah punya pemerintahan dibawah kabinet Mbah Sukiman Wirjosandjojo. Itu mitos sejarah yang kelewat salah, kok ya masih diterusin diajarkan dan tetep ditanemin di benak anak-anak kita. Termasuk ane yang ngerasain kesalahan fakta sejarah ini di bangku SD. Sekarang ane memperdalam ilmu sejarah, dan fakta-fakta yang ada menunjukkan kalo Belanda tidak selama itu menjajah Indonesia. So buat temen-temen sejarawan, marilah kita sadarkan warga Indonesia yang lain bahwa sejarah itu salah. Kalo sejarah itu tak perlu diluruskan karena akan meluruskan dirinya sendiri, maka tugas kita yang menjadi agen "pelurusan sejarah". Kalian boleh cuek sama sejarah bangsa kalian, tapi seenggaknya jangan terbodohkan dengan sejarah yang ga bener macam gini.

Oke kita lupakan dongeng meneer-meneer Walondo di atas, kita masuk case yang kedua. Kasus ini juga ga kalah menariknya untuk dibahas. Kasus kali ini adalah berapa sih jumlah presiden Indonesia sebenernya? Apa cuma 7 seperti yang umumnya dipahami hampir semua rakyat Indonesia? Atau 9 orang bila dilihat dari sisi historisnya? Mari kita kupas mangganya, eh masalahnya hahaha :v

Gambar presiden Indonesia, minus Pak Joko Widodo :p

Kita tahu bahwa Pak Karno dan Bung Hatta merupakan proklamator yang sangat dihormati semua rakyat Indonesia. Emang peran mereka sebagai the founding fahers of Indonesia tidak akan pernah habis untuk diceritakan dan patut dihargai setinggi-tingginya. Namun perjalanan Indonesia muda di awal-awal kemerdekaannya sempat mengalami gonjang-ganjing. Secara gaess, negara muda dengan segudang tokoh nasional yang secara individu maupun kelompok juga ingin memimpin Indonesia, mereka rebutan buat naik ke kursi RI-1 maupun RI-2. Terlebih lagi keinginan meneer-meneer Walondo yang ingin menjajah Indonesia lagi.

Pasti Adek tahu Agresi Militer Belanda yang ke-2 kan? Itu ada kaitannya dengan mitos jumlah presiden Indonesia Dek.. Singkatnya, pada waktu terjadinya agresi, Pak Karno sama Pak Hatta ini diculik meneer Walondo dan ditahan. Ada juga Sutan Sjahrir yang juga ikutan ditahan. Nah mereka ini ngasih mandat buat bikin pemerintahan darurat ke Sjafruddin Prawiranegara. Kalo ga di Sumatera ya pemerintahan pengasingan di India sono. Akhirnya Sjafruddin and the gang mendirikan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Bukittinggi. PDRI ini berlangsung antara tanggal 22 Desember 1948 - 13 Juli 1949.

Presiden Tak Dianggap 1, Sjafruddin Prawiranegara


Nah presiden tak dianggap yang satunya adalah Mr. Assaat yang menjadi presiden Republik Indonesia Serikat. Sebenernya ane sendiri agak bingung karena jabatan presiden yang tumpang tindih. Republik Indonesia waktu itu merupakan negara bagian dari Republik Indonesia Serikat. Ini terjadi antara 27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950. Jadi yang diakuin sebagai presiden waktu itu ya Mr. Assaat itu, bukan Pak Karno. Kalo ini ane sedikit bingung Dek hehehe -__-

Presiden Tak Dianggap 2, Assaat Datuk Mudo a.k.a Mr. Assaat
Baik Sjafruddin maupun Mr. Assaat memiliki peran besar bagi keberlangsungan negeara kita tercinta ini gaess. Sjafruddin menggantikan Pak Karno sebagai kepala pemerintahan sewaktu Agresi Militer ke-2. Kalo ga ada Sjafruddin, pastilah kita balik ke masa-masa penjajahan lagi. Mr. Assaat ini juga memiliki peran secara de facto dan de jure sebagai kepala pemerintahan RIS. Cukup strategis buat pengakuan kedaulatan negara kita di mata dunia.

Khusus Mr. Assaat nih Dek, Abang nukilkan sedikit otokritik dari Prof. Bambang Purwanto sewaktu pidato pengukuhan guru besar ilmu sejarah di UGM beberapa tahun silam. UGM itu peresmiannya ditandatangani sama Mr. Assaat, bukan Pak Karno. Menghilangkan Mr. Assaat dari sejarah Indonesia sama saja menghilangkan sejarah UGM.

Nah mereka berdua sudah selayaknya ditempatkan di tempat yang semestinya sesuai dengan peran mereka. Mereka sah-sah saja bila diakui sebagai presiden ke-2 dan ke-3 republik ini. Tapi mirisnya, tanya sama generasi sekarang. Kenal ga sama Sjafruddin Prawiranegara? Mr. Assaat? Sebagian besar pasti jawab ga tau ataupun jawaban mereka ngawur -_- Belajar sejarah itu penting, hidup kalian sendiri aja ada sejarahnya masa' kalian ga mau mempelajarin ilmunya?

Semoga dengan ane bikin postingan ini, semakin banyak pembaca di luar sono yang melek sejarah dan sadar bahwa sejarah yang mereka ketahui tidak semuanya selalu benar. Kadang harus dibenarkan biar tidak terjadi penyimpangan sejarah yang semakin lama dan parah. Sudah saatnya sejarawan, ane juga, mulai memberi edukasi sejarah yang inspiratif bagi generasi kita yang sudah sangat kelewat jauh apatisnya sama sejarah mereka sendiri

Semoga postingan kali ini mambawa manfaat gaess, don't stop to read, jangan lupa selalu tersenyum dan selalu bersyukur atas hidup kalian... See you again, Fellas! :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar